Facebook bekukan akun operasi intelijen Rusia terhadap Ukraina

id Facebook,pembekuan akun,operasi intelijen Rusia,Ukraina

Facebook bekukan akun operasi intelijen Rusia terhadap  Ukraina

Facebook (Ant)

London (ANTARA) - Facebook, Rabu, mengatakan telah membekukan jaringan akun, yang digunakan oleh intelijen militer Rusia untuk menabur pesan-pesan palsu secara daring dengan mengincar Ukraina serta negara-negara lainnya di Eropa Timur sebagai target.

"Walaupun orang-orang di belakang jaringan ini berusaha menutupi identitas dan koordinasi mereka, penyelidikan yang kami lakukan menemukan keterkaitan dengan dinas intelijen militer Rusia," kata Facebook dalam pernyataan.

Facebook, yang telah bergelut menghentikan pemerintah dan kelompok-kelompok politik menggunakan platformnya untuk menyebarkan informasi palsu atau menyesatkan, secara berkala mengumumkan bahwa pihaknya telah menghentikan gerakan penyampaian informasi yang salah dari berbagai negara, termasuk Rusia.

Kementerian Pertahanan Rusia belum menanggapi permintaan untuk berkomentar.



Moskow sebelumnya membantah tuduhan yang dilancarkan negara-negara Barat bahwa Rusia melakukan campur tangan, termasuk terkait temuan Jaksa Khusus AS Robert Mueller bahwa Rusia menggunakan akun-akun media sosial dalam upaya untuk memengaruhi hasil pemilihan presiden AS pada 2016.

Kepala kebijakan keamanan siber Facebook, Nathaniel Gleicher, mengatakan operasi terbaru Rusia telah menggunakan lebih dari 100 akun di Facebook serta platform berbagi foto, Instagram, untuk membuat sosok-sosok palsu yang kerap berpura-pura sebagai wartawan di negara-negara yang diincar.

Akun-akun tersebut kemudian mengontak media dan politisi setempat untuk menabur cerita palsu soal masalah politik yang memecah-belah, seperti dugaan korupsi, ketegangan antarsuku di semenanjung Crimea serta penembakan jatuh pesawat maskapai Malaysia di Ukraina pada 2014.

Facebook juga mengatakan sudah membekukan dua kelompok akun lainnya yang tidak terkait dengan operasi Rusia. Satu di antaranya memiliki kaitan dengan jaringan Iran, yang menargetkan AS, dan satu lainnya berkaitan dengan sebuah perusahaan humas di Vietnam.

Sumber: Reuters