Sumatera Selatan tetap waspadai ancaman penyakit gugur daun karet

id gugur daun,karet,komoditas,perkebunan

Sumatera Selatan tetap waspadai ancaman penyakit gugur daun karet

Petani membawa getah karet di kawasan perkebunan karet Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan, Rabu (5/4/17). (ANTARA FOTO/Feny Selly/kye/17)

Palembang (ANTARA) - Provinsi Sumatera Selatan harus tetap mewaspadai ancaman penyakit gugur daun karet akibat jamur Pestalotiopsis sp meski saat ini mulai terkendali karena sesungguhnya penyebarannya masif terjadi pada musim hujan.

Peneliti Pusat Penelitian Karet Sumbawa, Banyuasin, Sumatera Selatan, Tri Rapani Febbiyanti yang dihubungi dari Palembang, Minggu, mengatakan Sumatera Selatan harus tetap waspada apalagi dirinya mendapatkan informasi bahwa penyakit gugur daun karet ini sedang “outbreak” (mewabah) di Jambi.

“Tetap harus waspada karena penyebarannya sangat cepat hanya melalui udara, spora bisa berpindah karena diterbangkan angin,” kata dia.

Penyakit gugur daun karet akibat jamur Pestalotiopsis sp yang sempat mewabah di sebagian besar perkebunan di Sumatera Selatan saat ini mulai terkendali dengan ditandai peningkatan produksi getah dalam satu bulan terakhir.

Tri mengatakan produksi getah karet mulai normal setelah sempat terjadi penurunan produksi getah hingga 30 persen hingga 50 persen.

“Saat ini kondisi tanaman karet mulai membaik, sudah mulai rindang kembali dengan ditandai daun-daun baru sudah tumbuh,” kata dia.

Ia mengatakan sebelumnya di kawasan perkebunan karet Sumbawa seluas 1.500 hektare itu terpapar penyakit gugur daun hingga 90 persen.

“Puncaknya saat musim kemarau tahun lalu karena ada gugur daun alami juga. Kanopi (tutupan daun) tinggal 10 persen saja dan tanaman benar-benar merangas,” kata dia.

Sebenarnya, Pusat Penelitian Sumbawa sudah mendekteksi penyakit gugur daun ini sejak menerima laporan dari petani pada November 2017, lalu diketahui pada Februari 2018 sudah terjadi pengurangan kanopi sekitar 70 persen.

Sementara itu, Kepala Bidang Pemasaran dan Pengolahan Hasil Rudi Aprian mengatakan penyakit gugur daun ini sempat mempengaruhi produksi getah karet Sumsel Produksi karet Sumatera Selatan hingga 50 persen.

“Kini kondisi sudah membaik, sudah ada peningkatan produksi karet sejak sebulan terakhir,” kata dia.

Menurutnya, upaya yang dilakukan pemerintah terbilang efektif untuk menanggani wabah penyakit gugur daun ini.

Dinas Perkebunan Sumsel memberikan bantuan pupuk untuk 4.000 hektare (ha) kebun karet yang tersebar di 7 kabupaten.

Ketujuh kabupaten tersebut merupakan sentra karet, yakni Banyuasin seluas 600 ha, Musi Banyuasin 600 ha, Ogan Komering Ilir (OKI) 500 ha, Muara Enim 600 ha, Ogan Ilir 600 ha, Ogan Komering Ulu (OKU) 500 ha dan Kabupaten Musi Rawas 600 ha.

Namun demikian, ia menambahkan, upaya pencegahan dan penanggulangan tidak cukup dengan bantuan pupuk.

“Yang paling efektif adalah dengan gerakan pembersihan gulma atau sanitasi lingkungan secara massal, karena kalau kebun sebelahnya tidak dibersihkan maka inangnya akan kembali lagi. Petani yang kami datangi banyak menerapkan ini dengan membuat lubang di samping tanaman karetnya,” jelas Rudi.

Penyakit gugur daun ini sudah mewabah pada 2019 dengan memapar sebagian besar perkebunan karet di Sumsel dengan luas total 1,3 juta ha dengan produksi sekitar 1 juta ton karet per tahun.