Palembang (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan meminta pelaku ekonomi di daerahnya tetap tenang terkait merebaknya virus corona yang sudah berdampak pada harga karet dan sawit.
Gubernur Sumatera Selatan Herman Deru di Palembang, Sabtu, mengatakan, memburuknya ekonomi di China akibat merebaknya virus corona harus disikapi dengan bijak dengan tidak ketakutan berlebihan.
“Fluktuasi ekonomi pasti ada karena adanya virus ini tapi tergantung bagaimana menyikapinya. Tentunya Sumsel ada cara sendiri,” kata dia.
Saat ini China masih menjadi tujuan utama ekspor karet dan sawit asal Indonesia.
“Kondisi terbaru yang terjadi ini membuat pemprov akan mengusahakan negara ekspor selain China,” kata dia.
Menurut dia, menurunnya ekonomi China ini bersifat sementara sehingga para pelaku usaha diminta bersabar atas kondisi ini.
Bahkan, Herman Deru menyakini pengaruh pada perekonomian Sumsel tidak terlalu berdampak karena miliki sektor ekonomi lain yang bisa ditumbuhkan yakni pertanian dan perdagangan.
"Sumsel sendiri, saat ini pertumbuhan ekonominya masih stabil. Kami sudah siap dengan getaran-getaran yang bakal dihadapi. Buktinya, report terakhir Sumsel masih dengan pertumbuhan terbaik," kata dia.
Provinsi Sumatera Selatan menghadapi dampak ekonomi akibat penyebaran virus corona dikarenakan daerah ini masih tergantung pada ekspor komoditas.
Dua komoditas andalan yakni karet dan sawit mengalami penurunan harga setelah virus yang bermula dari Wuhan, China itu merebak di banyak negara.
Harga karet Sumatera Selatan merosot hingga 5 persen sepanjang pekan ketiga Januari 2020 baik untuk kadar 60 persen maupun 100 persen.Harga karet dengan kadar 100 persen mencapai Rp16.290 per kilogram pada 24 Januari 2020. Harga itu telah turun sebanyak Rp861 dibandingkan periode 20 Januari 2020.
Penurunan harga karet ini terjadi pada semua kadar kering karet mulai dari kadar 40 persen hingga untuk karet kadar 100 persen.
Sama halnya dengan komoditas sawit, terjadi penurunan harga tender Kantor Bersama Komoditas sebesar 10 persen dari Rp9.400 menjadi Rp8.400 pada pekan ini.
Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia Provinsi Sumatera Selatan menilai penurunan harga kelapa sawit sejak dua pekan lalu hanya bersifat sementara karena dipengaruhi sentimen negatif atas merebaknya virus corona.
Ketua Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Sumsel Alex Sugiarto mengatakan, para pengusaha berkeyakinan bahwa setelah virus ini tertanggulangi maka harga akan reborn kembali.
Menurutnya, para pengusaha harus mensiasati keadaan ini dengan efisiensi dalam menjalankan bisnis mengingat keadaan ini belum mereda.
Harus diakui, ia melanjutkan, China saat ini memiliki pengaruh luar biasa pada perekonomian dunia karena berkontribusi hingga 17 persen, berbeda saat virus SARS menjangkit dunia yakni hanya 4 persen.
Berita Terkait
Kemenkumham Sumsel kawal pengajuan paten cangkang sawit sebagai EBT
Jumat, 29 Maret 2024 11:41 Wib
Jago merah hanguskan pengolahan minyak sawit
Jumat, 16 Februari 2024 1:06 Wib
Jaksa tahan tersangka penggelapan pajak sawit senilai Rp2,9 miliar
Jumat, 2 Februari 2024 14:29 Wib
Kementan antisipasi ganoderma pada tanaman sawit
Rabu, 31 Januari 2024 13:41 Wib
OJK dorong pencarian skema baru pembiayaa kelapa sawit di Sumsel
Selasa, 30 Januari 2024 12:36 Wib
Ogan Komering Ulu terima DBH kelapa sawit 2023 Rp10 miliar
Kamis, 25 Januari 2024 20:47 Wib
Hingga 2023, Disbun Sumsel catat PSR sawit capai 69.965 hektare
Rabu, 24 Januari 2024 22:26 Wib
Polisi selidiki kematian petani Aceh Barat Daya di kebun kelapa sawit
Jumat, 12 Januari 2024 9:56 Wib