Harga karet Sumsel merosot 5 persen dipengaruhi kondisi China

id karet,corona,virus,getah

Harga karet Sumsel merosot 5 persen  dipengaruhi kondisi China

Petani memanen getah karet di Banyuasin, Sumatra Selatan, Selasa (8/1/2019). (Antara Foto/Nova Wahyudi/19)

Palembang (ANTARA) - Harga karet di Sumatera Selatan pada pekan ini merosot hingga lima persen karena dipengaruhi oleh kondisi terkini di China.

Kepala Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil (P2HP) Dinas Perkebunan Sumsel Rudi Arpian di Palembang, Selasa, mengatakan wabah virus corona telah mempengaruhi aktivitas perekonomian di China sehingga terjadi penurunan permintaan di pasar global.

“Sementara China menjadi negara pengimpor karet alam Indonesia terbesar selain India,” kata dia.




Harga karet Sumsel terus merosot hingga 5,0 persen sepanjang pekan ketiga Januari 2020 baik untuk kadar 60 persen maupun 100 persen.

Harga karet dengan kadar 100 persen mencapai Rp16.290 per kilogram pada 24 Januari 2020. Harga itu telah turun sebanyak Rp861 dibandingkan periode 20 Januari 2020.

Penurunan harga karet ini juga terjadi pada semua kadar kering karet, mulai dari yang kadar 40 persen hingga 100 persen.




Sebetulnya, dia mengemukakan, permintaan dari industri ban diprediksi meningkat 1,5 persen sepanjang tahun 2020 akibat pulihnya perdagangan Amerika Serikat (AS) dan China. Namun kembali terganggu dengan wabah virus corona tersebut.

“Ditambah lagi, harga merosot ketika AS dan Iran mundur dari konflik. Ketika konflik Amerika Serikat dan Iran memanas harga karet terkerek naik,” kata dia.




Oleh karena itu, Rudi menilai pemerintah pusat perlu berupaya mendongrak harga karet dalam negeri. Serapan konsumsi karet nasional harus ditingkatkan.

"Proyek jalan menggunakan aspal karet harus diperluas. Pemerintah daerah, BUMD maupun BUMN harus menggunakan bahan baku karet dalam proyeknya,” kata dia.