Salim Segaf : Jangan sampai Indonesia terpecah belah

id Salim Segaf,PKS

Salim Segaf : Jangan sampai Indonesia terpecah belah

Ketua Majelis Syuro Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Habib Salim Segaf Al-Jufri. ANTARA/Dokumen

Jakarta (ANTARA) - Ketua Majelis Syuro Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Habib Salim Segaf Al-Jufri mengingatkan agar masyarakat Indonesia jangan sampai terpecah belah karena termakan adu domba dari pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.

Dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Sabtu, Habib Salim mengajak agar mengokohkan persatuan dan mengutamakan persamaan dibanding mempermasalahkan perbedaan.


"Saya yakin kita tidak akan kalah menghadapi tantangan dan gangguan. Mari menyiapkan generasi muda kita dengan menjaga dari pemahaman yang nyeleneh dan mendorongnya bergandengan tangan membangun negara ini menjadi negara yang maju dan diperhitungkan bangsa-bangsa lain," kata dia.

Dia mengingatkan agar setiap unsur mau terbuka untuk menerima kritik dan tidak menganggapnya sebagai hal yang menghambat. "Bagaimana bangsa dan negara bisa maju jika kritik yang konstruktif dibungkam," kata Habib Salim.

Salim Segaf yang menjadi salah satu pembicara dalam Seminar Nasional bertajuk "Silang Pendapat Makna Radikalisme" yang digelar di Pesantren Tebuireng Jombang menjelaskan bahwa jangan sampai sesama anak bangsa saling mencela tanpa henti. "Jangan sampai pihak-pihak lain membuat desain agar kita sesama anak bangsa lupa terhadap tujuan menjadi negeri yang berdaulat, sejahtera, aman, gemah ripah loh jinawi," kata dia.


Habib Salim mengungkapkan optimismenya bahwa ke depan umat Islam bisa membawa bangsa Indonesia menjadi bangsa yang disegani. "Di abad 12 kita bisa mengusir tentara Mongol yang waktu itu menguasai dua per tiga dunia. Ke depan pun kita bisa menjadi bangsa besar, sebab potensi keamanannya tinggi, kekayaan alamnya luar biasa, dengan sumber daya manusia yang hebat," kata Habib Salim.

Pengasuh Pesantren Tebuireng DR KH. Sholahuddin Wahid atau akrab disapa Gus Sholah menyampaikan menyampaikan bahwa seminar dilaksanakan dalam rangka Haul ke-10 Gus Dur yang juga memperingati 35 tahun NU menerima Pancasila.