Palembang (ANTARA) - Provinsi Sumatera Selatan mengalami inflasi sebesar 0,27 persen pada November 2019 karena dipengaruhi kenaikan harga bahan makanan, sepeda motor, perhiasan, hingga rokok kretek filter.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumsel Endang Tri Wahyuningsih di Palembang, Rabu, mengatakan angka inflasi ini masih terjaga karena secara kumulatif hingga November baru mencapai 1,68 persen.
“Target inflasi Sumsel hingga akhir tahun plus minus 3,0 persen,” kata dia.
Ia mengatakan pergerakan inflasi di Sumsel sangat dipengaruhi peregerakan inflasi di dua daerah, yakni Kota Palembang dan Lubuk Linggau.
Di Palembang, besaran inflasi November mencapai 0,30 persen yang manainflasi kumulatif 2019 sebesar 1,67 persen.
Komoditas dominan yang mempengaruhi jumlah inflasi Palembang yakni bawang merah, sepeda motor, emas perhiasan dan rokok kretek/filter.
Ia mengatakan, berdasarkan Survei Harga Konsumen yang BPS menunjukkan ada kenaikan harga khususnya pada kelompok bahan makanan, yang mana kenaikan harga itu memberikan andil inflasi kota Palembang sebesar 0,17 persen.
Kelompok bahan makanan yang mendominasi kenaikan itu yakni bawang merah dengan kenaikan harga sebesar 18,46 persen. Lalu kelompok makanan jadi, minuman dan rokok memberikan andil inflasi sebesar 0,04 persen dengan komoditas dominan yang mempengaruhi yakni kenaikan harga rokok.
“Rokok rata-rata naiknya sebesar 0,65 persen sehingga memberi andil inflasi sebesar 0,021 persen,” ujar dia.
Untuk kelompok perhiasan juga mempengaruhi inflasi Palembang sebesar 0,023 persen, dengan kenaikan harga emas atau perhiasan di November mencapai 1,77 persen.
“Kelompok pendidikan, rekreasi , olahraga dan pendidikan secara umum tidak memberikan andil yang cukup besar bagi inflasi di kota Palembang,” kata dia.
Berbeda dengan Palembang, komoditas bahan makanan berhasil menahan laju inflasi di kota Lubuk Linggau.
Deflasi pada kelompok ini disebabkan turunnya harga berbagai komoditas seperti cabe merah yang rata-rata turun sebesar 1,65 persen, lalu daging ayam ras yang turun sebesar 2,57 persen dan timun yang turun 19,29 persen.
Meskipun di sisi lain, ada beberapa komoditas yang juga mengalami kenaikan seperti bawang merah yang naik 27,08 persen, tetapi secara keseluruhan, terjadi deflasi pada kelompok ini yang mencapai 0,33 persen.
Untuk itu, BPS mengimbau pemerintah daerah melakukan berbagai upaya untuk mengendalikan harga barang, khususnya yang menyumbang andil inflasi.
Apalagi, pada Desember ada momen Natal dan Tahun Baru yang akan meningkatkan konsumsi masyarakat.
Berita Terkait
Pj Prabumulih ikut rakor pengendalian inflasi
Senin, 25 Maret 2024 21:08 Wib
Pemkab OKI hadirkan inovasi upaya pengendalian inflasi
Kamis, 21 Maret 2024 21:05 Wib
Pemkab OI selalu sinergi monitoring inflasi
Kamis, 21 Maret 2024 13:35 Wib
Disperindag Muara Enim subsidi harga berandil turunkan harga sayur mayur
Kamis, 21 Maret 2024 12:26 Wib
Pj Bupati OKI paparkan inovasi kendalikan inflasi
Kamis, 21 Maret 2024 11:48 Wib
OKI Sumsel apresiasi perusahaan mitra berandil mendukung Perjaka
Selasa, 19 Maret 2024 20:15 Wib
Kodam Sriwijaya gulirkan tanam cabai di rumah prajurit bantu tekan inflasi
Selasa, 12 Maret 2024 22:00 Wib
Pemkot Jambi-Sleman kolaborasi jaga inflasi daerah
Jumat, 8 Maret 2024 3:05 Wib