Petani perairan di Sumsel gantungkan harapan pada Mentan Yasin Limpo

id yasin limpo,mentan,berita sumsel, berita palembang, antara sumsel, antara palembang, antara hari ini, palembang hari ini

Petani perairan di Sumsel  gantungkan harapan pada Mentan Yasin Limpo

Politisi Partai Nasdem Syahrul Yasin Limpo tiba di Kompleks Istana Kepresidenan di Jakarta, Selasa (22/10/2019). ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari/foc.

Palembang (ANTARA) - Sejumlah petani di kawasan perairan Jalur, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan, menggantungkan harapan terhadap Menteri Pertanian Yasin Limpo, yang resmi dilantik oleh Presiden Joko Widodo di Istana Negara, Jakarta, Rabu.

Wawan Darmawan (56), petani Desa Sumber Mulya, Kecamatan Muara Telang, mengatakan ia mengharapkan terjadi perubahan mendasar pada sektor pertanian terutama dalam paradigma pemberian subsidi bagi petani.

“Di Vietnam dan Thailand itu subsidinya terhadap hasil produksi. Jadi petani mendapatkan subsidi berupa pembelian dengan harga di atas harga pasar, jadi kesejahteraan petani akan meningkat,” kata dia.

Sementara yang diberlakukan sebelumnya, pemerintah jor-joran memberikan bantuan alat mesin pertanian (alsintan). Sumsel disebut-sebut sebagai daerah penerima bantuan terbanyak di Indonesia, berupa traktor tangan, traktor roda dua dan traktor roda empat. Bantuan ini, juga dimaksudkan mendukung program Serasi (Selamatkan Rawa Sejahterakan Petani) yang arealnya juga terluas di daerah ini.

Meski bantuan tersebut juga diterima petani di desanya, ia mengatakan bantuan tersebut tidak merata karena yang bisa memanfaatkannya hanya segelintir orang. Selain itu, mesin bantuan tersebut juga mudah rusak, dan jika sudah rusak dibutuhkan biaya yang besar untuk memperbaikinya.

“Bagaimana menggilirnya, mesin bantuan dengan jumlah petani mencapai lebih dari 1.000 kepala keluarga seperti di desa saya ini. Yang bisa pakai juga yang memiliki kedekatan ke ketua kelompok tani, belum lagi ada permintaan 'fee' dari oknum pemerintah, repot,” kata petani yang memiliki lahan sawah seluas 5 hektare ini.

Sementara itu, Sutaji, petani lainnya berharap ada upaya dari pemerintah untuk memotong tata niaga perberasan di Sumsel yang disebut sebagai yang terpanjang di Indonesia.

Caranya, dengan memperbaiki infrastruktur jalan sehingga petani dapat membawa sendiri hasil produksinya dari Banyuasin ke pedagang besar yang ada di Palembang.

“Contohnya saja di Jalur ini, biaya angkutan sangat memotong margin. Ada biaya angkut dari sawah ke pinggir sungai, ada juga biaya angkut untuk membawa beras ke Palembang menggunakan jalur sungai,” kata dia.

Saat ini harga beli di tingkat petani, menurutnya sangat rendah yakni Rp8.200 per kg untuk beras berkualitas baru, sementara harga beli konsumen berkisar Rp10.000—Rp11.000 per kg.

Selain itu, ia mengharapkan pemerintah juga memecahkan persoalan sosial ekonomi yang ada di komunitas petani yang hingga kini belum terpecahkan, yakni tergantung pada tengkulak dan rentenir.

“Melihat pengumuman di televisi, saya senang karena semua elemen dirangkul. Ada dari partai, non partai, profesional. Ada harapan baru, tapi harapan ini menjadi sia-sia jika menteri-menteri ini tidak serius bekerja,” kata mantan kepala desa ini.

Kawasan jalur, yakni delta yang berada di tengah-tengah Sungai Musi seluas 60.000 hektare ini sejak puluhan tahun menjadi lumbung pangan Sumatera Selatan. Dengan memanfaatkan pasang surut air sungai, membuat pertanian di puluhan di desa di kawasan ini tetap hidup sepanjang tahun dengan memanfaatkan dua hingga tiga kali masa tanam.

Kabupaten Banyuasin menjadi produksi padi terbesar di Sumsel dengan menghasilkan sekitar 1,5 juta ton setiap tahun.