Jakarta (ANTARA) - Kabut asap pekat akibat kebakaran hutan dan lahan bisa diminimalkan dampaknya dengan hiasan aquascape dan tanaman dalam ruangan yang bisa menyerap karbon dioksida (CO2).
Berdasarkan Buku Penanggulangan Krisis Kesehatan Lindungi Diri Dari Bencana Kabut Asap Kementerian Kesehatan yang dikutip di Jakarta, Selasa, hiasan akuarium dengan berbagai tumbuhan air dapat menyerap CO2 yang banyak terkandung pada kabut asap.
Tangki air yang ditanamkan tumbuhan air (aquascape) seperti ganggang dan dipasangi lampu ultraviolet atau LED bisa mengurangi CO2 dan menjaga kelembaban udara karena adanya proses fotosintesis.
Selain itu, Kementerian Kesehatan menyebut bahwa tanaman dalam ruangan juga bisa menyerap CO2 dan menghasilkan oksigen (O2) dari proses fotosintesis di dalam rumah. Tanaman yang digunakan sebaiknya yang memiliki kemampuan menyerap berbagai polutan seperti lidah mertua atau sanseveira, lili paris, sirih gading, dan suplir.
Kabut asap yang ditimbulkan oleh kebakaran hutan berdampak langsung pada kesehatan, khususnya gangguan saluran pernapasan. Asap mengandung sejumlah gas dan partikel kimia yang mengganggu pernapasan seperti sulfur dioksida (SO2), karbon monoksida (CO), formaldehid, akrelein, benzen, nitrogen oksida (NOx) dan ozon (O3).
Material tersebut memicu dampak buruk yang nyata pada lansia, bayi dan pengidap penyakit paru. Meskipun tidak dipungkiri dampak tersebut bisa juga menyerang orang sehat.
Dampak akut dari kabut asap karhutla paling banyak adalah infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) dan iritasi pada mata, tenggorokan, hidung, serta menyebabkan sakit kepala atau alergi.
Kabut asap juga bisa berdampak kronik atau jangka panjang yaitu menimbulkan potensi penyakit asma, penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) dan penyakit jantung di kemudian hari.
Menurut Yayasan Paru-paru Kanada, kabut asap yang disebabkan kebakaran hutan bisa berakibat fatal pada penderita PPOK, karena mengurangi atau memperburuk kinerja paru-paru. Semakin lama pasien terpapar kabut asap, semakin besar juga risiko kematiannya.
Kabut asap membawa partikel sangat kecil dengan ukuran 2,5 mikrogram yang disebut PM2.5. Partikel tersebut dapat masuk ke dalam tubuh lewat saluran pernafasan. Sebuah studi oleh California Environmental Protection Agency tahun 2014 membuktikan pasien yang terpapar kabut asap dalam waktu lama menggandakan risiko terkena serangan jantung atau stroke.*
Berita Terkait
Buang bangkai kucing, dua pria meninggal keracunan asap mesin pompa
Minggu, 3 Maret 2024 21:16 Wib
Bukittinggi kembali terpapar abu vulkanik erupsi Marapi
Selasa, 5 Desember 2023 11:49 Wib
Pajanan rokok sebabkan anak stunting
Kamis, 30 November 2023 16:52 Wib
Mukomuko diliputi kabut asap akibat kebakaran lahan gambut
Sabtu, 25 November 2023 9:58 Wib
Empat heli pemadam karhutla Sumsel pulang ke Australia dan Rusia
Jumat, 17 November 2023 22:13 Wib
Senin besok, siswa SD dan SMP di Palembang belajar normal
Sabtu, 4 November 2023 11:12 Wib
Tim Damkar Polda Sumsel terlibat padamkan api kathutla di Indralaya
Kamis, 2 November 2023 6:13 Wib
Aktivitas penerbangan di SMB II Palembang terganggu akibat kabut asap
Rabu, 1 November 2023 6:21 Wib