Jakarta (ANTARA) - Terjadinya pemborosan makanan kebanyakan disebabkan karena kurangnya pengetahuan dan kepedulian individu akan proses produksi dari hulu ke hilir yang pada akhirnya dapat berdampak terhadap lingkungan, menurut CEO Tanipanen Whisnu Febry Afrianto.
"Orang tidak peduli dengan makanan yang mereka konsumsi adalah karena tidak cukup tahu bahwa sebenarnya asal dan proses produksi makanan yang mereka konsumsi," ungkap Whisnu dalam diskusi tentang pemborosan pangan yang diadakan di pusat kebudayaan @america di Jakarta, Jumat malam.
Menurut dia, masyarakat kurang paham bahwa makanan yang mereka konsumsi itu sudah menghabiskan proses panjang untuk sampai di pasar dan supermarket.
Oleh karena itu, ungkapnya diperlukan usaha untuk mendekatkan konsumen dengan komunitas pertanian.
Untuk itu, melalui marketshare Tanipanen dia ingin mengakomodasi usaha untuk mengurangi pemborosan pangan dan pembuangan bahan makanan yang dianggap cacat secara tampilan tapi masih berkualitas.
Usaha pengurangan pemborosan pangan dan pembuangan bahan makanan itu perlu didukung untuk mengurangi limbah organik yang tanpa disadari berkontribusi terhadap perubahan iklim, menurut salah satu pendiri Indonesian Energy and Environmental Institute (IE2I) Satya Hangga Yudha Widya Putra.
Efek dari gas metana yang dihasilkan oleh limbah sisa makanan kurang disadari oleh masyarakat Indonesia, padahal dampaknya cukup besar.
"Limbah makanan yang berada di tempat pembuangan akhir menghasilkan metana dalam jumlah yang sangat besar. Metana adalah gas rumah kaca yang lebih kuat daripada CO2," ungkap Hangga, yang juga menghadiri diskusi tersebut.
Emisi yang dihasilkan oleh limbah makanan dapat mempercepat pemanasan suhu Bumi yang berdampak terhadap perubahan iklim, ujarnya.
Indonesia adalah negara kedua yang terbanyak membuang makanan dengan data Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) pada 2016 dan 2017 mencatat setiap orang membuang sekitar 300 kg makanan per tahun.
Arab Saudi menempati posisi pertama sebagai negara yang paling banyak membuang makanan dengan total per orang membuang 427 kg makanan setiap tahunnya.
Berita Terkait
Perempuan lebih rentan terdampak perubahan iklim
Kamis, 28 Maret 2024 14:55 Wib
Pertanian di OKU Timur Sumsel sangat tergantung iklim
Jumat, 23 Februari 2024 18:06 Wib
Kades Sumsel diminta jaga iklim kondusif jelang dan pascapemilu
Senin, 12 Februari 2024 17:06 Wib
BMKG: Ada 15 daerah berstatus waspada dampak hujan di Indonesia
Sabtu, 10 Februari 2024 7:44 Wib
Rakornis pengendalian perubahan iklim regional Sumatera
Rabu, 31 Januari 2024 18:41 Wib
KLHK kolaborasikan aksi pengendalian iklim di regional Sumatera
Selasa, 30 Januari 2024 16:41 Wib
Presiden RI dan warga Embung Anak Munting NTT tanam pohon
Selasa, 5 Desember 2023 15:40 Wib
Presiden Jokowi serukan gerakan tanam pohon bertepatan musim hujan
Rabu, 29 November 2023 10:01 Wib