Pacu ekspor hortikultura, Pemerintah akan bentuk kawasan klaster

id hortikultura,ekspor pertanian,klaster hortikultura,berita sumsel, berita palembang, antara sumsel, antara palembang, antara hari ini

Pacu ekspor hortikultura, Pemerintah akan bentuk kawasan klaster

Petani memeriksa buah semangka siap panen di Desa Penaguan, Pamekasan, Jawa Timur, Kamis (15/8/2019). ANTARA FOTO/Saiful Bahri/hp. (ANTARA FOTO/SAIFUL BAHRI)

Jakarta (ANTARA) - Pemerintah akan membentuk pengembangan kawasan klaster khusus yang didasarkan pada potensi produk daerah guna memacu ekspor komoditas hortikultura.

Asisten Deputi Agribisnis Kementerian Koordinator Perekonomian Yuli Sri Wilanti dalam diskusi di Jakarta, Kamis, mengatakan klaster ini dibutuhkan karena komoditas hortikultura, baik buah-buahan dan sayur-sayuran masih tersebar di sejumlah wilayah Indonesia.

Untuk mengembangkan klaster tersebut, pemerintah akan mengidentifikasi terlebih dahulu jenis komoditas yang menjadi prioritas ekspor.

"Mana prioritas ekspor, akan kami pilah, komoditas apa yang ditujukan untuk ekspor dan untuk pasar dalam negeri. Saat ini belum ada fokus klaster komoditas tertentu di satu wilayah," kata Yuli.

Yuli menjelaskan pemerintah akan melakukan pendekatan sosiologis pedesaan untuk sosialisasi pada masyarakat dan petani terkait manfaat klaster.

Nantinya, komoditas yang ditentukan untuk dibudidaya sesuai potensi wilayah akan dikelola oleh lembaga ekonomi melalui Badan Usaha Milik Desa (BumDes) dan berkoordinasi dengan Gapoktan.

"Kami akan memberikan contoh, ini manfaat dari klastering. Mereka tetap punya lahan, tetap bisa berusaha dan melakukan budidaya sesuai keinginan, hanya saya mereka dikumpulkan dalam satu kawasan luas agar lebih efisien," kata dia.

Dalam kesempatan yang sama, Ketua Komite Tetap Hortikultura Kadin Indonesia, Karen Tambayong, mendesak agar pemerintah merealisasikan klaster hortikultura, terutama cabai.

Menurut dia, sistem klaster menjadi solusi untuk mengatasi fluktuasi harga dan pasokan cabai di Indonesia. Dengan sistem ini, pihak swasta juga dapat berperan menjadi offtaker dalam proyek percontohan.

"Harus ada klastering, misal cabai jenis apa, lalu di klaster mana, kapan dia panen karena kan cabai di Jawa dan Sumatra beda waktu panennya, sehingga harus ditata," kata Karen.