Bantuan untuk perantau Minang di Wamena capai Rp3,1 Miliar

id perantau minang,kerusuhan wamena,pengungsi asal sumbar,bantuan badoncek,irwan prayitno,papua terkini

Bantuan untuk perantau Minang di Wamena capai Rp3,1 Miliar

Gubernur Sumbar Irwan Prayitno saat mengumpulkan tokoh untuk badoncek, mengumpulkan bantuan untuk para perantau Minang di Wamena. (ANTARA/ist)

Padang (ANTARA) - Hasil penggalangan dana bantuan untuk perantau Minang yang menjadi korban kerusuhan di Wamena, Papua melambung dalam semalam menjadi Rp3,1 Miliar setelah Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno menginisiasi acara Badoncek.

"Alhamdulillah, kepedulian warga Sumbar di kampung dan di rantau sangat terlihat. Dalam semalam bantuan terkumpul Rp3,1 miliar," kata Irwan yang dihubungi dari Padang, Rabu.

Badoncek  adalah tradisi dalam budaya Minangkabau untuk memberikan sesuatu kepada pihak lain sebagai wujud kebersamaan. 

Ia sangat mengapresiasi dan berterima kasih atas kepedulian masyarakat Sumbar tersebut dan berharap bantuan itu bisa meringankan beban perantau di Wamena.

Ia mengatakan, bantuan yang terkumpul itu beragam. Ada yang datang dari perorangan tokoh masyarakat, dari organisasi kemasyarakatan dan ada yang berasal dari pemerintah daerah.




Para penyumbang antara lain dari organisasi seperti Gebu Minang, Perkumpulan Keluarga Kabupaten Solok, Indo Jalito, Ikatan Warga Gadut, Masjid Jamik Fatahillah Blok B Tanah Abang.

Kemudian Alumni SMP Sawahlunto, ustadzah peduli negeri, Hotel Balairung,  Ikatan Keluarga Minang Bekasi dan Sekitarnya (IKMBS),  Ikatan Keluarga Pesisir Selatan (IKPS), Ikatan Keluarga Rao-Rao dan Bank Nagari.

Sementara dari pemerintah daerah di antaranya dari Kabupaten Tanah Datar, Kota solok, Kota Payokumbuah dan lainnya.

Sementara dari pribadi sumbangan juga datang dari banyak tokoh di antaranya  penyanyi Elly Kasim,  mantan Kepala Bappenas Andrinof Chaniago, mantan Wakil Mendiknas Fasli Jalal,  Hamdani dari Kemendagri, keluarga Syaiful Amir, Wali Kota Solok Zul Elfian dan lainnya.

Sebelum badoncek semua tokoh yang hadir mendengarkan paparan kondisi perantau di Wamena dan keinginan para pengungsi yang lebih dari 1.000 orang tersebut pulang ke kampung halaman.

Alternatif yang dimiliki menurutnya, adalah menggunakan kapal laut karena jika menggunakan pesawat anggarannya luar biasa besar.*