Industri farmasi nasional didorong kembangkan obat herbal

id Bpom,industri farmasi,obat herbal,berita sumsel, berita palembang, antara sumsel, antara palembang, antara hari ini, palembang hari ini

Industri farmasi nasional  didorong kembangkan obat herbal

Pimpinan Dexa Group Ferry Soetikno (dari kanan) Bersama Kepala BPOM Penny K. Lukito, Sekretaris Daerah Kota Palembang Ratu Dewa dan Direktur Lembaga Pengkajian Pangan Obat-obatan dan Kosmetika MUI Lukmanul Hakim berpose bersama saat acara Syukuran 50 Tahun Dexa di Palembang, Jumat (27/9/2019). (ANTARA/HO/2019)

Palembang (ANTARA) - Industri farmasi nasional didorong mengembangkan produksi obat berbahan baku dari alam atau fitofarmaka seiring masih minimnya jenis obat herbal di pasaran.

Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (BPOM) Penny K Lukito di Palembang, Jumat, mengatakan kondisi tersebut sangat disayangkan mengingat Indonesia memiliki potensi besar untuk menghasilkan fitofarmaka.

"Kita punya sekitar 3.000 tanaman obat tetapi baru 23 produk yang masuk dalam kategori melalui uji klinik yang berkhasiat dalam pengobatan,” katanya pada acara syukuran 50 tahun Dexa Medica.

Penny menjelaskan dari 23 fitofarmaka tersebut 13 produk diproduksi oleh PT Dexa Medica sebagai dukungan perusahaan untuk menghadirkan obat herbal.

Ia melanjutkan pihaknya pun telah membentuk tim satuan tugas (satgas) pengembangan dan pemanfaatan fitofarmaka untuk mempercepat hilirisasi tanaman obat itu.

Dalam satgas itu, pemerintah menggandeng industri farmasi agar dapat segera mengkomersilkan fitofarmaka sehingga bisa dikonsumsi masyarakat secara luas.

Menurut Penny, BPOM berharap fitofarmaka dapat masuk dalam sistem Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) sebagai alternatif pengobatan. Apalagi, kata dia, fitofarmaka dinilai lebih aman bagi masyarakat.

Tak hanya itu, dari sisi industri, pengembangan fitofarmaka sebetulnya memiliki potensi bisnis yang cerah karena dapat menyasar pasar ekspor.

“Ini bisa jadi unggulan kita dan Indonesia bisa jadi yang terdepan sebagai produsen fitofarmaka di mancanegara,” kata dia.

Sementara itu Pimpinan Dexa Group Ferry Soetikno mengatakan bahwa pihaknya telah melakukan riset dengan bahan alam Indonesia sudah sejak 2005 lalu.

“Kami punya Dexa Laboratories of Biomolecular Sciences (DLBS). Di sana banyak ilmuwan kami bekerja untuk menghasilkan calon-calon fitofarmaka,” kata dia.

Menurut Ferry, saat ini pihaknya telah mengumpulkan sekitar 20 – 30 fitofarmaka dari riset yang dilakukan di DLBS tersebut.

Ia menambahkan perusahaan bahkan telah mengekspor obat herbal ke Filipina dan Kamboja, serta sejumlah negara lain yang masih dalam tahap registrasi pendaftaran obat.