Pengusaha perikanan nasional diminta manfaatkan momentum perang dagang

id ikan tuna

Pengusaha perikanan nasional diminta manfaatkan momentum perang dagang

Para pedagang pengumpul menaikkan ikan tuna hasil tangkapan nelayan ke atas mobil bak terbuka di Pelabuhan Perikanan Nusantara (ANTARA/Awaludin) (1)

Jakarta (ANTARA) - Pengusaha perikanan dari berbagai daerah perlu untuk segera memanfaatkan momentum perang dagang dengan cara memasok komoditas perikanan ke Amerika Serikat yang selama ini dipasok dari China.

Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Senin, meminta pengusaha Indonesia memanfaatkan momentum perang dagang antara China dan Amerika Serikat untuk meningkatkan ekspor produk perikanan ke Amerika Serikat.

Pasalnya, ujar Susi Pudjiastuti, akibat perang dagang tersebut, Amerika Serikat menerapkan tarif impor yang besar hingga 250 persen bagi produk China, sehingga diberitakan sebanyak 14.000 metrik ton tuna loin asal China hilang dari pasar Amerika Serikat.

"Suplai itu mestinya digantikan oleh ikan-ikan Indonesia, ikan-ikan milik perusahaan Indonesia," kata Menteri Susi.

Namun, Menteri Kelautan dan Perikanan RI mengingatkan bahwa guna mewujudkan hal tersebut, masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan.

Sebelumnya, Ketua Tim Ahli Wakil Presiden sekaligus Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofjan Wanandi mengatakan bahwa pemerintah Indonesia berencana menggantikan posisi China dalam sektor perdagangan dengan melakukan pendekatan kepada para pelaku usaha Amerika Serikat (AS).

Sofjan menuturkan dalam melakukan pendekatan tersebut maka Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan mempertemukan para bankir dan perwakilan kamar dagang AS atau US Chamber untuk membahas tentang adanya peluang perdagangan terutama terkait barang-barang antara Indonesia dan Amerika.

"Kita gantikan peranan China sebagian. Itu besar sekali. Kita mau ganti, jadi beli ke kita ke perusahaan kita," kata Sofjan Wanandi saat ditemui di Kantor Kemenko Kemaritiman, Jakarta, Jumat (13/9).

Sofjan melanjutkan, kerja sama ini bersifat bilateral sehingga akan mempertimbangkan secara matang tentang keperluan dan kepentingan dari masing-masing kedua negara tersebut.

“Kerja sama dengan AS harus bilateral. Kerja samanya masih kita bicarakan apa yang mereka perlukan dan apa yang kita perlukan,” ujarnya.