Balikpapan, (ANTARA) - Sebanyak 37 individu orang utan Kalimantan Tengah (Pongo pygmaeus pygmaeus) di Pusat Rehabilitasi Orangutan Nyaru Menteng terkena infeksi saluran napas atas (ISPA) akibat asap yang terus menyelimuti Kota Palangka Raya dan sekitarnya dalam sepekan terakhir.
“Syukur masih infeksi ringan. Tim medis sudah memberikan multivitamin dan antibiotik, obat juga diberikan dengan menggunakan nebulizer, terutama bagi orang utan yang terlihat menderita lebih parah,” kata Chief Executive Officer (CEO) Borneo Orangutan Survival Foundation (BOSF) Dr Jamartin Sihite, Selasa.
BOSF adalah pengelola pusat rehabilitasi tersebut. Dr Sihite menjelaskan, nebulizer adalah alat kesehatan yang menghasilkan uap dari obat-obatan cair, sehingga bisa dihirup dengan mudah dan nyaman. Alat ini membantu mengantarkan obat cair dalam bentuk butiran air yang relatif kecil supaya langsung masuk ke dalam paru-paru.
Pada manusia, mesin uap ini digunakan untuk pasien dalam kondisi darurat ataupun pasien dalam rawat jalan untuk mengatasi berbagai macam penyakit pernapasan seperti asma dan bronkitis.
“Jadi obatnya bisa diserap dengan mudah dan cepat, dan segera efektif khasiatnya,” kata Dr Sihite.
BOSF merawat 355 orangutan di Nyaru Menteng di dekat Palangkaraya tersebut. Di tempat itu orangutan dipelihara di kandang-kandang dan di tempat terbuka bersemak dan berhutan yang dibatasi parit besar yang disebut pulau.
Pada saat yang sama, kabut asap tipis juga menggantung di kawasan Samboja Lestari, fasilitas rehabilitasi orangutan (Pongo pygmaeus morio) yang dikelola BOSF 50 km utara Balikpapan.
Kabut asap itu menyebabkan para teknisi sekurangnya 3 kali sehari menyirami kandang-kandang dengan cara menyemprotkan air ke udara di atas dan di dalam kandang untuk sekedar membersihkan udara dan menjaga suhu tetap sejuk.
“Untuk sementara kegiatan luar ruang untuk para orang utan muda siswa Sekolah Hutan juga kami batasi,” kata Humas BOSF Paulina Laurensia.
Sekolah Hutan adalah program BOSF untuk mengajari anak-anak orangutan ataupun orangutan dewasa kemampuan bertahan hidup di hutan. Mereka diajari mulai dari memilih makanan hingga membuat sarang. Hal ini sebab orangutan yang dulunya dipelihara manusia kehilangan instink bertahan hidupnya tersebut, sementara orangutan bayi yang kehilangan induknya belum sempat belajar hal tersebut.
“Kemudian untuk meningkatkan daya tahan tubuh, orangutan kami berikan susu dan multivitamin. Semuanya tanpa kecuali,” lanjut Paulina. Setelah sejumlah pelepasliaran setidaknya dalam 8 tahun terakhir, masih ada 130 individu orangutan berbagai usia di Samboja Lestari saat ini.
Menurut Paulina, asap membawa partikel debu dan karbon sisa pembakaran yang bila memasuki saluran pernapasan bisa menyebabkan reaksi alergi, yang seterusnya bisa memicu infeksi seperti bronchitis dan pneumonia. Apalagi bila sistem kekebalan tubuh menurun.
“Syukurlah sejauh ini belum ada orangutan di Samboja Lestari yang terjangkit infeksi pernafasan atau biasa dikenal dengan ISPA itu,” kata Paulina.
Infeksi Saluran Pernapasan Atas terjadi di saluran napas bagian atas seperti di hidung, tenggorokan, dan bronkia. Orangutan karena kemiripan gennya dengan manusia juga terancam penyakit yang sama dengan manusia. Sebab itu, bila akan berdekatan dengan orangutan, pengunjung diminta untuk mengenakan masker.
Berita Terkait
Pencuri kena sial tertangkap setelah bobol rumah jaksa
Sabtu, 23 Maret 2024 10:55 Wib
Sejumlah supporter Timnas kena tipu tiket palsu yang dibeli di medsos
Kamis, 21 Maret 2024 23:05 Wib
14 orang warga OKU Timur masih dirawat kena DBD
Jumat, 8 Maret 2024 23:00 Wib
Kurang tidur berisiko kena diabetes, ini penjelasannya
Rabu, 6 Maret 2024 16:49 Wib
Botol plastik Muhaimin kena sentil
Senin, 22 Januari 2024 0:30 Wib
Jaga makan selama liburan agar tak kena gangguan kolesterol
Minggu, 24 Desember 2023 16:39 Wib
Satu truk rokok ilegal kena jaring
Senin, 18 Desember 2023 9:55 Wib
Tiga polisi terkena panah saat amankan bentrokan warga
Jumat, 6 Oktober 2023 15:19 Wib