Jokowi ingatkan Indonesia perlu "payung" antisipasi resesi ekonomi

id presiden joko widodo,presiden jokowi,resesi ekonomi,resesi ekonomi global,deregulasi investasi

Jokowi ingatkan Indonesia perlu "payung" antisipasi resesi ekonomi

Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla saat memimpin rapat terbatas membahas antisipasi perkembangan perekonomian dunia di Kantor Presiden Jakarta, Selasa (4/9/2019). (Dok.Setkab)

Jakarta (ANTARA) - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan bahwa dalam mengantisipasi perkembangan ekonomi global yang telah mengalami perlambatan dan kemungkinan terjadinya resesi itu semakin besar, perlu "payung" yang harus disiapkan.

"Kalau hujannya besar, kita nggak kehujanan. Kalau gerimis kita ya nggak kehujanan, syukur nggak ada hujan dan nggak ada gerimis, tapi angka-angka menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi global sudah mengalami perlambatan dan kemungkinan resesi akan semakin besar," kata Presiden Jokowi saat memimpin rapat terbatas (ratas) membahas antisipasi perkembangan perekonomian dunia di Kantor Presiden Jakarta, Selasa.

Kepala Negara mencontohkan depresiasi mata uang Yuan China dan Peso Philipina sudah terjadi akibat perlambatan ekonomi global.

"Tantangan itu harus kita antisipasi, kita hadapi, dan kita harapkan langkah-langkah antisipatif sudah benar-benar secara konkret," kata Presiden Jokowi.

Presiden berharap pertumbuhan ekonomi Indonesia terhindar dari resesi yang potensinya semakin besar ini.

Presiden Jokowi mengatakan jalan yang paling cepat menghadapi perlambatan ekonomi global adalah investasi. "Kuncinya hanya ada di situ nggak ada yang lain," katanya.

Untuk itu Presiden Jokowi minta seluruh kementerian yang berkaitan dengan ekonomi menginventarisir regulasi-regulasi yang menghambat dan memperlambat pertumbuhan ekonomi.

"Regulasi-regulasi yang membuat kita lamban itu betul-betul mulai diinventarisir dan nanti seminggu lagi kita akan bicara mengenai masalah bagaimana segera menyederhanakan peraturan-peraturan yang menghambat dan memperlambat itu," katanya.

Presiden Jokowi mengungkapkan bahwa informasi dari investor-investor yang ditemui dan catatan yang disampaikan oleh Bank dunia ada masalah internal dalam negeri yang menghambat investasi Indonesia.

Presiden mencontohkan pada dua bulan yang lalu ada 33 perusahaan di China keluar dan 23 memilih di Vietnam dan10 lainnya perginya ke Malaysia, Thailand, dan Kamboja.

"Nggak ada yang ke kita, tolong ini digarisbawahi. Ini berarti kita memiliki persoalan yang harus kita selesaikan," katanya.

Jokowi mengungkapkan kekalahan dari Vietnam karena negara tersebut hanya butuh dua bulan untuk mengurus investasi yang masuk dan ini berbeda dengan di Indonesia yang butuh waktu bertahun-tahun.

"Kalau mau pindah ke Vietnam itu hanya butuh waktu dua bulan rampung semuanya, kita bisa bertahun-tahun. Penyebabnya itu nggak ada yang lain," jelasnya.

Untuk itu, Presiden meminta mengumpulkan regulasi-regulasi itu arahnya untuk mempersingkat waktu izin investasi masuk.

"Sekali lagi, masalah itu ada di internal kita sendiri, ada kunci kita keluar dari perlambatan pertumbuhan ekonomi global ada di situ. Dan itu bisa memayungi kita dari kemungkinan resesi yang global yang semakin besar, itu juga ada di situ," kata Presiden Jokowi.