JAAN pantau kembang biak Elang Bondol dengan geotagging

id Geotagging, elang Bondol, JAAN, pulau Kotok

JAAN pantau kembang  biak Elang Bondol dengan geotagging

Ketua Jakarta Animal Aid Network (JAAN), Benfika memperlihatkan alat geotagging untuk memantau perkembangbiakan Elang Bondol di alam bebas. Alat itu pemberian CSR Pertamina dalam upaya konservasi Elang Bondol di Pulau Kotok, Kepulauan Seribu, Minggu. (ANTARA/Andi Firdaus)

Jakarta (ANTARA) -
Komunitas pecinta satwa Jakarta Animal Aid Network (JAAN) memperoleh alat 'geotagging' untuk memantau perkembangbiakan Elang Bondol di Kabupaten Kepulauan Seribu.
 
"Alat ini didatangkan dari salah satu perusahaan satelit asal Belanda seharga Rp30 juta per unit," kata Ketua JAAN, Benfika, di Pulau Kotok, Minggu.
 
 
Alat pemberian dari alokasi dana pertanggungjawaban sosial perusahaan (CSR) PT Pertamina MOR III itu berfungsi layaknya GPS untuk memantau pergerakan Elang Bondol di alam bebas.
 
Alat seukuran kotak korek api itu akan dipasang di bagian leher burung menggunakan pengikat khusus yang akan terlepas otomatis paling lama dua tahun.
 
"Saat ini proses pemasangannya sedang menunggu password dan verifikasi data dari perusahaan penyedia alat di Belanda. Paling lama dua pekan ke depan sudah bisa aktif," katanya.
 
Benfika mengatakan latar belakang permintaan alat geotagging itu dikarenakan belum adanya pihak terkait di Indonesia yang mampu mendeteksi kelamin elang.
 
"Sementara untuk proses kembang biak elang, kita butuh memastikan kelaminnya. Kalau jenis kelaminnya sama, biasa-bisa mereka saling bunuh," kata Ben.
 
JAAN mencatat populasi Elang Bondol di Kepulauan Seribu hingga riset terakhir yang dilakukan pada 2014, tidak kurang dari 18 ekor. Populasi itu terdeteksi di Pulau Kotok, Pulau Penjaliran, dan Pulau Rambut.
 
Populasi yang tergolong langka itu dipicu sejumlah faktor, di antaranya penangkapan liar, kondisi alam yang kotor, hingga proses pengembalian yang rumit.
 
"Pulau Kotok yang kita kelola sebagai tempat penangkaran Elang Bondol hanya bersifat perawatan saja dari hasil penyitaan oleh petugas Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jakarta yang melibatkan JAAN," katanya.
 
Pulau yang berjarak sekitar 1,5 jam dari Dermaga Marina Ancol, Jakarta menuju timur laut itu menjadi pusat konservasi Elang Bondol dan Elang Laut sejak 2004.
 
"Rata-rata setahun kita merawat enam sampai sepuluh ekor Elang Bondol di Pulau Kotok. Sudah beberapa kali pelepas liaran setelah kita pastikan mereka siap," kata Ben.

Selama proses perawatan, kata Ben, elang jantan dan betina hanya bisa dideteksi dengan tes DNA.

"Tes DNA elang hanya bisa kita lakukan di laboratorium yang ada di Belanda. Indonesia belum punya," katanya.

Setelah terdeteksi kelaminnya, elang jantan dan betina disatukan dalam kandang hingga mereka siap bereproduksi dan dilepas ke alam bebas.

"Dengan geotagging ini kita bisa lihat seberapa lama usianya hingga mereka memiliki keturunan," katanya.