Dewan Kopi: Realisasi ekspor kopi Sumsel masih jauh dari target

id Kopi sumsel, kopi sumsel bermasalah, brand kopi sumsel, ekspor kopi sumsel jauh dari target, kopi sumsel mengecewakan, k,berita sumsel, berita palemba

Dewan Kopi: Realisasi ekspor kopi Sumsel masih  jauh dari target

Ketua Dewan Kopi Sumsel, Zein Ismed. (Antara News Sumsel/Aziz Munajar/19)

Palembang (ANTARA) - Dewan Kopi Sumatera Selatan mencatat ekspor kopi dari daerah itu melalui pelabuhan lokal masih jauh dari target  sebesar 50.000 ton per tahun karena kurangnya infrastruktur dan program pendukung.

Ketua Dewan Kopi Sumsel, Zein Ismed di Palembang, Minggu, mengatakan bahwa Sumsel hanya mampu mengekspor 21 ton biji kopi dari 150.000 ton biji kopi kering hasil panen per tahun di daerah itu.

Ia menyebutkan ekspor biji kopi dari daerah itu melalui pelabuhan lokal pada tahun 2019 ditetapkan sebanyak 50.000 ton.

"Pelabuhan besar di Sumsel belum mampu mengakomodasi besarnya hasil kopi setiap tahun, baik Pelabuhan Boom Baru atau Tanjung Api-api, permasalahannya ada di daya tampung kapal," ujar Ismed.

Baca juga: Ritual "menten kopi" sebelum panen

Menurut dia, Pelabuhan Boom Baru Palembang hanya mampu menampung kapal bermuatan delapan ribu ton, sementara Pelabuhan Tanjung Api-api belum beroperasi penuh karena masih dikembangkan.

Akibatnya kopi Sumsel diekspor melalui pelabuhan-pelabuhan di Provinsi Lampung sejak 40 tahun lalu karena ongkos distribusi lebih murah, sehingga secara tidak langsung Sumsel kehilangan potensi PAD dari ekspor kopi.

"Dulu di Palembang ada 70 eksportir kopi yang pengirimanya ke lewat Sungai Musi, tapi sekarang sungainya semakin dangkal dan kapal-kapal besar tidak dapat masuk, sehingga jumlahnya tinggal tiga eksportir  saja saat ini," katanya.

Baca juga: Kementan sertifikasi petani organik

Selain faktor pelabuhan, organisasi petani kopi juga dirasa masih lemah dan sulit bagi pemerintah menerapkan program-program pembinaan serta standarisasi hasil pertanian.

"Kualitas kopi sangat menentukan pasar ekspor, petani Sumsel sebagian besar masih kurang memperhatikan proses pemetikan dan pascapanen, padahal proses itu menentukan kualitas kopi," jelasnya.

Meski Sumsel merupakan penghasil kopi robusta terbesar di Sumatera dengan luas 250.000 hektare, namun belum ada langkah siginifikan pemerintah setempat untuk meningkatkan kualitas kopi di hulu dan industrialisasi di hilir.

"Masih banyak yang harus dibenahi dari hulu hingga hilir kopi, dulu Sumsel termasuk hebat soal ekspor kopi dan sekarang perlu diwujudkan lagi kejayaan ekspor kopi itu," kata Ismed.

Kopi asal Sumsel 30 persen diekspor ke Malaysia dan Singapura, sebagian lagi ke Eropa serta untuk konsumsi dalam negeri.

Baca juga: Petani mengeluh, harga biji kopi Lampung turun Rp18.000/Kg
Baca juga: Petani kopi demonstrasikan seduh kopi gratis di Oslo, Norwegia