Jakarta (ANTARA) - Tradisi unik masyarakat di Kepulauan Biak, Papua, ditampilkan sebagai daya tarik tersendiri bagi wisatawan untuk berkunjung dalam Festival Biak Munara Wampasi VII di Kepulauan Biak, Papua, pada 1-6 Juli 2019.
Sekretaris Daerah Kepulauan Biak, Papua Markus Mansnebra dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis, mengatakan Biak mempunyai tradisi seni dan budaya yang beragam antara lain snap mor atau menangkap ikan di air laut surut, dan apen beyeren atau berjalan kaki di atas batu panas yang seluruhnya ditampilkan pada Festival Biak Munara Wampasi 2019.
“Selain atraksi yang dihadirkan pada festival tersebut, wisatawan pun bisa melakukan snorkeling untuk mengamati biota laut dan terumbu karang di Spa Biak. Daerah ini juga memiliki destinasi wisata unggulan lain yaitu Telaga Samares, Pantai Batu Picah, dan Gua Jepang,” katanya.
Pagelaran budaya yang berbalut pariwisata ini, lanjut Markus Mansnebra, diharapkan akan semakin membuka mata masyarakat untuk senantiasa mengubah haluan dari bidang kelautan di mana masyarakatnya lebih banyak bekerja sebagai nelayan kini perlahan mulai berfokus kepada pariwisata.
“Sebagian besar masyarakat di Biak sudah semakin sadar bahwa pariwisata membawa dampak yang baik, semakin dilestarikan semakin menyejahterakan. Hal tersebut, semakin nyata bahwa pariwisata bisa memberikan dampak besar bagi perekonomian selain sebagai nelayan,” katanya
Di tempat yang sama, anggota Calender of Event Kementerian Pariwisata Raseno Arya menambahkan bahwa festival ini juga semakin memperlihatkan keberadaan pariwisata Indonesia dari sisi yang lain yakni sisi budaya.
“Biak menjadi salah satu pulau paling indah di Indonesia Timur selain kekayaan alam, ada juga pulau tiga warna. Kita melihat bahwa kekuatan budaya sangat menonjol sehingga sangat layak untuk dipelihara dan dilestarikan, nuansa budaya juga harus lebih dikentalkan lagi,” katanya.
Dengan melihat latar belakang sebelumnya, di mana di tahun 1990-an di Biak pernah didaratkan maskapai asing yang bertujuan ke Honolulu maupun Jepang. Oleh karenanya, perlu dihidupkan kembali sehingga Kepulauan Biak semakin dikenal kembali karena keindahan alam yang dimilikinya.
“Kita bisa lihat, selain pesawat ATR dan bombardier, pesawat boeing sudah mendarat di Bandara Biak, artinya pasokan wisatawan yang datang juga semakin besar dan mudah untuk menikmati pariwisatanya. Belum lagi, Biak memiliki wisata sejarah di dalamnya salah satunya adalah Goa Jepang,” ujarnya.