Sumsel tingkatkan mitigasi kebakaran hutan dan lahan

id mitigasi,kebakaran hutan dan lahan,karhutla,gambut,lahan,asap,bmkg,bpbd

Sumsel tingkatkan mitigasi kebakaran hutan dan lahan

Dandim 0430/Banyuasin Letkol Arh Alfian Amran memantau Posko Satgas Karhutla di Kabupaten Banyuasin, Sumsel, beberapa waktu lalu. (IST)

Palembang (ANTARA) - Provinsi Sumatera Selatan diminta meningkatkan upaya pengurangan resiko bencana (mitigasi) kebakaran hutan dan lahan sehubungan perkiraan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika puncak musim kemarau terjadi selama Agustus hingga September 2019.

Kepala Stasiun Klimatologi Kelas I Kenten Palembang Nuga Putrantijo di Palembang, Rabu mengatakan, pada periode Agustus-September itu diprediksi kondisi kering atau tanpa hujan akan melanda Sumatera Selatan.

“Bahkan diprediksi BMKG, musim kemarau tahun ini akan lebih panjang dibanding tahun sebelumnya,” kata dia.

Ia mengatakan musim kemarau tahun ini berbeda dengan tahun lalu yang masih ada hujan. BMKG memperkirakan pada dua bulan ke depan akan tanpa hujan sama sekali sehingga lingkungan akan jauh lebih kering.

Kondisi ini tentunya memicu terjadinya kebakaran hutan dan lahan. “Kami sudah informasikan ke berbagai pihak mengenai ancaman ini agar meningkatkan kewaspadaan, dengan mendahulukan aksi mitigasi,” kata dia.

Berdasar pengamatan BMKG, sejumlah wilayah sudah mengalami hari tanpa hujan mulai dari 20-60 hari, yang umumnya di bagian tengah wilayah Provinsi Sumsel seperti di Kabupaten Banyuasin, Muara Enim, Ogan Komering Ili dan Ogan Ilir. Selain itu sebagian Ogan Komering Ulu Selatan dan Ogan Komering Ulu Timur juga sudah ada yang mengalami kekeringan.

Suhu udara sudah mencapai 33-34 derajat celcius, yang diperkirakan pada puncak kemarau nanti tembus 36-37 derajat celcius.

Provinsi Sumatera Selatan merupakan salah satu daerah yang sudah berstatus siaga bencana kebakaran hutan dan lahan karena memiliki sekitar 1,4 juta lahan gambut.

BMKG mencatat terdapat 311 titik panas sepanjang Januari-Juni 2019 yang tersebar di 5 kabupaten rawan karhutla, padahal pada tahun lalu dalam periode yang sama hanya 201 titik panas.