Pengidap HIV/AIDS di Bekasi capai 109 orang dampak perilaku seks bebas

id pengidap HIV,HIV Kota Bekasi,pengidap HIV Kota Bekasi

Pengidap HIV/AIDS di Bekasi capai 109 orang dampak perilaku seks bebas

Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit pada Dinkes Kota Bekasi, Dezy Syukrawati. (Foto: Pradita Kurniawan Syah).

Bekasi (ANTARA) - Angka pengidap Human Immunodeficienty Virus (HIV) di Kota Bekasi, Jawa Barat selama  Januari hingga Mei 2019 mencapai 109 orang, sementara penyebab penyebarannya didominasi perilaku seks bebas, bukan pemakaian jarum suntik secara bergantian.

"Kalau dulu memang tren penyebarannya lebih banyak dari pemakaian jarum suntik secara bergantian. Tapi kalau sekarang lebih banyak dipengaruhi seks bebas," kata pengelola Program HIV pada Dinas Kesehatan Kota Bekasi, Dadang Otrismo di Bekasi, Selasa.

Dadang menambahkan, rata-rata usia penderita HIV itu beragam namun paling banyak diderita oleh kalangan produktif, mulai dari usia 17 tahun sampai 47 tahun.

"Untuk pengidap HIV yang terhitung sejak Januari sampai Mei 2019 kebanyakan usia dewasa," ujarnya.

Dari 109 orang pengidap HIV, 75 persennya berjenis kelamin pria sedangkan perempuan hanya 25 persen. Menurut dia, perilaku seks bebas itu yang membuat banyak orang terjangkit penyakit mematikan itu.

"Melakukan seks secara berganti-ganti yang paling rentan dialami kalangan lelaki," katanya.

Pada tahun 2017, pihaknya mencatat ada 554 orang dengan HIV/Aids (Odha), sementara pada 2018 menurun menjadi 360 orang pasien baru. Dadang berharap tahun ini akan terus terjadi penurunan.

"Sejak 2004 kurang lebih 4.000 orang di Kota bekasi dinyatakan positif HIV. Pemkot Bekasi sendiri telah membuka tes status HIV di seluruh puskesmas Kota Bekasi," katanya.

Meski begitu, pihaknya tidak memrediksi kedepannya. Karena, dengan cara melihat akses layanan obat yang diberikan, maka penularan bisa diminimalisir.

Karena kata dia, saat pasien menjalani pengobatan, maka penularan itu peluangnya sangat sedikit. Apalagi, pasien Odha terus menjalani pemeriksaan di beberapa Voluntary Counseling and Testing (VCT).

"Kalau penggunaan akses obat banyak, maka angka kesakitan menjadi menurun," ucapnya.

Dadang mengaku, saat ini pelayanan VCT yang ada di Kota bekasi baru ada di tiga layanan rumah sakit di antaranya, RSUD Kota Bekasi, RS Elisabeth, dan RS Ananda. Namun ada penambahan layanan medis yang saat ini tengah dilatih di Puskesmas Karang Kitri, Puskesmas Jatisampurna, Puskesmas Pengasinan dan RS Hermina.

Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit pada Dinkes Kota Bekasi, Dezy Syukrawati berharap masyarakat dapat memanfaatkan layanan tes HIV yang tersedia di Puskesmas, terutama untuk ibu hamil. Hal ini dimaksudkan untuk program pencegahan penyakit menular.

Menurut dia, setiap Odha yang ber-KTP Kota Bekasi akan diberikan pelayanan gratis kesehatan di klinik-klinik VCT yang sudah tersedia. Namun, bagi penderita Odha yang bukan warga Kota Bekasi, pihaknya akan melihat status keluarganya.

"Kalau memang mereka masuk katagori penyandang masalah kesehjateraan sosial (PMKS), maka kami akan berikan gratis," ujarnya.

Sejauh ini, pemerintah daerah terus melakukan pendampingan aktif kepada penyandang Odha yang ada di Kota Bekasi. Termasuk memberikan pendampingan kepada para narapidana yang sudah terjangkit HIV/AIDS.

"Intinya pemerintah daerah menitikberatkan perhatiannya kepada para penyandang Odha," tandasnya.(KR-PRA).