Muba kembangkan inovasi urai sampah organik gunakan lalat

id lalat,sampah,musi banyuasin,pekan daerah ktna,sampah organik

Muba kembangkan inovasi urai sampah organik gunakan lalat

Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Muba Andi Wijaya Busro memamerkan penerapan metode lalat black soldier fly pada kegiatan Pekan Daerah (Peda) Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) ke-13 Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) di Kabupaten Musi Banyuasin, Senin (24/6). (ist)

....Lalat tentara hitam ini bertelur di sekitar sampah. Mereka meletakkannya di tempat kering dan bersih, berbeda dengan lalat hijau yang hinggap dan bertelur di sampah....
Sekayu, Musi Banyuasin (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan mengembangkan inovasi baru dalam pengolahan sampah organik dengan menggunakan lalat atau yang dikenal dengan nama ‘black soldier fly’ sebagai media pengurai.

Inovasi ini dipamerkan dalam kegiatan Pekan Daerah (Peda) Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) ke-13 Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) di Kabupaten Musi Banyuasin 24-28 Juni 2019.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Musi Banyuasin Andi Wijaya Busro di Sekayu, Senin, mengatakan lalat Black Soldier Fly (BSF) yang selama ini dianggap hewan pengganggu justru memegang peran utama untuk pengelolaan sampah organik.

Lalat tersebut kini dimanfaatkan untuk membantu penguraian sampah di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) sampah organik di Musi Banyuasin.  Dengan cara ini sampah organik bisa terurai dan ramah lingkungan.

Ia mengatakan inovasi ini terbukti mampu mengurai sampah lebih cepat dan efisien. Volume sampah yang menjadi ancaman kelestarian lingkungan akhirnya dampaknya bisa ditekan.

Mula-mula Lalat Tentara Hitam (black soldier fly) tersebut tidak dilepas begitu saja. Namun diternak atau dikembangbiakkan dalam kawasan khusus terlebih dahulu. Pengembangbiakkan lalat hitam ini bertujuan untuk menghasilkan "maggot" atau belatung.

Belatung dari lalat hitam inilah nanti yang akan bekerja untuk mengurai sampah, sehingga volume sampah akan berkurang dan sekaligus mengurangi bau sampah.
Tempat pengembangbiakan lalat black soldier fly untuk menguraikan sampah organik pada kegiatan pameran Pekan Daerah (Peda) Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) ke-13 Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) di Kabupaten Musi Banyuasin, Senin (24/6). (ist)


Setelah lalat bertelur, telur-telur tersebut dipisahkan dan ditempatkan di tempat berbeda untuk proses penetasan.

Setelah menetas dan berusia lima hari diletakkan pada sampah organik. Kemudian, memasuki usia 10 hari, larva tersebut sudah dapat dipanen dan ditebarkan ke tumpukan sampah untuk bekerja mengurai sampah.

Ia mengatakan mini larva tersebut bisa mengonsumsi sampah selama dua minggu. Dalam perhitungannya, 10 gram telur (larva yang sudah menetas) bisa mengonsumsi 100-150 kilogram (kg) sampah organik per hari.

Kemudian, mini larva akan berubah menjadi maggot (belatung atau larva lalat BSF) selama delapan hingga 17 hari. Dari jumlah maggot secara keseluruhan, 90 persennya akan disisihkan untuk pakan ternak dan ikan, lalu 10 persennya lagi untuk dijadikan lalat lagi agar bertelur.

"Maggot mengandung protein tinggi, 19 asam amino, dan 11 mineral, sehingga diklaim sangat cocok untuk pakan ternak dan ikan," kata dia.

Dengan adanya inovasi ini, Pemkab Musi Banyuasin berharap jumlah volume yang setiap hari bertambah bisa segera terurai secara alami dengan menggunakan metode BSF.

Larva dari lalat tentara hitam ini dimanfaatkan untuk mengolah sampah organik karena keberadaannya yang banyak ditemukan di sekitar sampah.

"Lalat tentara hitam ini bertelur di sekitar sampah. Mereka meletakkannya di tempat kering dan bersih, berbeda dengan lalat hijau yang hinggap dan bertelur di sampah," kata dia.