Kabupaten Bangka Barat dorong tumbuhnya industri makanan

id ikm bangka barat,ikm kuliner bangka barat,bangka barat hebat

Kabupaten Bangka Barat dorong tumbuhnya industri makanan

Rosip, kuliner hasil fermentasi ikan atau udang menjadi salah satu produk yang cukup diminati wisatawan maupun warga lokal. (babel.antaranews.com/ Donatus DP)

Mentok, Babel (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Bangka Barat, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mendorong pertumbuhan jumlah pelaku usaha industri makanan untuk menunjang kepariwisataan daerah.

"Berbagai jenis makanan khas Bangka Barat cukup digemari karena memiliki cita rasa khas dan berkualitas, kami berharap tumbuhnya usaha baru di bidang industri makanan mampu menjadi salah satu daya tarik wisatawan untuk datang," kata petugas penyuluh Dinas Koperasi, UKM dan Perindustrian Kabupaten Bangka Barat, Ridwan So'im di Mentok, Kamis.

Menurut dia, kuliner Bangka Barat, khususnya Mentok, sudah sejak lama terkenal memiliki cita rasa khas dan cukup digemari warga, seperti produk pempek udang, terasi, kemplang, otak-otak dan lainnya.

Bangka beberapa tahun lalu daerah itu sempat mendapatkan penghargaan sebagai kota seribu kue dari Museum Rekor Indonesia karena banyaknya jenis produk kue yang dihasilkan para pelaku usaha di daerah itu.

"Ragam jenis dan cita rasanya cukup unik dan menarik, produk itu cukup potensial untuk menarik wisatawan datang ke Bangka Barat, kami berharap ke depan pelaku usaha dan pihak terkait mampu memanfaatkan potensi besar itu," katanya.

Ia menjelaskan, jumlah pelaku usaha industri kecil dan menengah di daerah itu setiap tahunnya terus bertambah seiring besarnya peluang pasar dan geliat kepariwisataan di daerah itu.

Pada 2017 jumlah pelaku usaha IKM jenis makanan sebanyak 1.504 unit yang tersebar di enam kecamatan dan pada tahun berikutnya meningkat 71 unit menjadi 1.575 unit.

"Untuk jumlah paling banyak masih di Mentok yaitu 363 unit disusul Kecamatan Kelapa 273 unit," ujarnya.

Selain usaha makanan, pelaku IKM barang anyaman dan sandang juga mengalami peningkatan yang kemungkinan juga dipengaruhi geliat kepariwisataan di daerah itu.

"Untuk usaha anyaman dari 371 menjadi 385 unit usaha, sedangkan industri sandang dari 192 menjadi 225 pelaku usaha pada 2018," katanya.