Jakarta (ANTARA) - Badan Restorasi Gambut (BRG) mulai melakukan monitor lahan gambut lebih komprehensif dengan menggunakan Pranata Informasi Restorasi Ekosistem Gambut (Peatland Restoration Information and Monitoring System/PRIMS).
"Mulai Mei sudah jalankan sistem monitoring komprehensif dibanding Sipalaga (Sistem Pemantauan Air Lahan Gambut). Sistem baru ini memasukkan lebih banyak data," kata Kepala BRG Nazir Foead dalam diskusi media dan LSM terkait Sistem Monitoring Restorasi Ekosistem Gambut di Jakarta, Rabu.
Sistem memonitor tinggi muka air (TMA) lahan gambut dengan memanfaatkan berbagai jenis sensor di Sipalaga diperlengkap dengan memanfaatkan data citra satelit yang mampu memantau kelembapan, degradasi hingga karbon lahan gambut.
"Sipalaganya sendiri masih perlu dikembangkan lagi memang. Dengan PRIMS akan lebih luas melihat pembasahan atau kelembapan lahan gambut. Mestinya cara ini akan lebih mudah mengetahui sejauh mana manfaat pembasahan gambut yang sudah dilakukan selain dapat memantau degradasi lahan gambut, sehingga mudah bagi TRGD mengeceknya," tuturnya.
Menurut Nazir, jika identifikasi degradasi lahan gambut lebih cepat diketahui maka akan lebih murah biaya untuk mengoreksinya. "Sesuai perintah Presiden untuk melakukan deteksi dini".
PRIMS dapat diakses oleh Pemerintah Pusat dan Daerah, masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya meskipun akan ada tingkatan perbedaan data yang diperoleh, ujar dia.
Sistem monitoring restorasi lahan gambut secara daring yang dikembangkan BRG ini sama dengan yang dikembangkan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) yakni Sistem Informasi Muka Air Tanah Gambut 0,4 meter (SiMATAG-0,4m), namun tentu berbeda data mengingat sistem BRG ditempatkan di lahan gambut masyarakat sedangkan milik KLHK ditempatkan di wilayah konsesi perusahaan.
"Tapi nantinya mustinya jadi satu, apalagi sensor 'realtime' sudah dikalibrasi akan mengurangi biaya untuk pemantauan lahan gambut. Tapi masih butuh waktu. Sipalaga saja masih tahap penyempurnaan dan sudah dibuka ke publik," ujar Nazir.
Berita Terkait
14 titik panas di Sumatera Selatan, lokasi di lahan non gambut
Kamis, 21 Maret 2024 13:00 Wib
Kebakaran berperan kurangi luasan lahan gambut Sumsel
Jumat, 15 Maret 2024 20:50 Wib
Cegah karhutla, Pemerintah intensifkan pembasahan gambut
Kamis, 14 Maret 2024 15:37 Wib
Menuai manisnya madu kelulut di jantung Borneo
Senin, 29 Januari 2024 11:51 Wib
Mukomuko diliputi kabut asap akibat kebakaran lahan gambut
Sabtu, 25 November 2023 9:58 Wib
Pemprov Sumsel gandeng ICRAF Indonesia guna restorasi lahan gambut
Rabu, 11 Oktober 2023 20:59 Wib
Pemprov Sumsel gandeng ICRAF Indonesia guna restorasi lahan gambut
Minggu, 8 Oktober 2023 21:29 Wib
Pertamina beri 50 alat dukung penanganan karhutla di Sumsel
Minggu, 1 Oktober 2023 19:14 Wib