Ukiran kayu khas Pulau Betung terancam punah

id Ukiran Desa Pulau etung,ukiran kayu,akar kayu,betung jambi,kerajinan kayu,perajin ukiran kayu

Ukiran kayu khas Pulau Betung terancam punah

Kursi tamu ukiran pengrajin di Desa Pulau Betung, Kecamatan Pemayung, Kabupaten Batanghari, Jambi. (ANTARA/Muhamad Hanapi)

Jambi (ANTARA) - Ukiran kayu khas masyarakat Desa Pulau Betung, Kabupaten Batanghari, Jambi, kini berada diambang kepunahan akibat sulitnya mendapatkan bahan baku.

“Untuk mendapatkan kayu yang memiliki serat dan tingkat keawetan yang baik saat ini sudah sangat sulit, sehingga banyak pengrajin yang telah beralih mengukir gagang gigi mobil,” kata M Sani pengrajin ukiran kayu di Desa Pulau Betung, Batanghari, Jambi.

Kayu yang biasa dijadikan bahan baku untuk ukiran khas masyarakat didaerah itu berupa kayu Tembesu, Rengas, Sungkai, Kayu Durian, Nangka, Macang dan Cempedak. Saat ini jenis-jenis kayu tersebut sudah sangat sulit didapatkan, kalaupun ada kayu jenis itu saat ini harganya cukup mahal.

Saat ini sebagian besar pengrajin di daerah itu beralih mengukir gagang gigi mobil, karena untuk mendapatkan bahan baku kayu ukiran gagang mubil tersebut lebih mudah. Ukiran kayu gagang mobil tersebut hanya menggunakan kayu tawar dan kayu berukuran sedang.

“Selain itu saat ini perhatian pemerintah juga sudah sangat minim, jika ada pameran ukiran kayu kami hanya di pinjam untuk jadi pajangan,” kata M Sani.

Ukiran kayu khas Desa Pulau Betung tersebut awalnya dirintis oleh seorang pegrajin bernama Syafar yang memperoleh pengalaman kerja dengan salah seorang pengusaha pengelola kerajinan kayu di Kota Jambi. Bermodalkan pengalamannya, pada tahun 1989 Syafar mencoba memanfaatkan sisa-sisa kayu tebangan dari jenis-jeni kayu Rengas dan Tembesu.

Sisa-sisa kayu tersebut diukir Syafar menjadi kerajinan ukir berupa kursi taman. Hasil ukiran Syafar tersebut menarik minat masyarakat desa, sehingga banyak masyarakat desa yang belajar dan seiring berjalannya waktu ukiran kayu Desa Pulau Betung tersebut menjadi terkenal, bahkan hingga keluar Provinsi Jambi, seperti Provinsi Jakarta, Sumatra Barat dan Sumatra Selatan.

Pada tahun 1990’an merupakan puncak kejayaan ukiran Desa Pulau Betung. Pada waktu itu, pengiriman kerajinan ukiran kayu di desa itu keluar provinsi terjadi dalam satu pekan sekali. Namun memasuki awal tahun 2000’an hingga saat ini pengiriman ukiran berangsur menurun, karena semakin sulitnya mendapatkan bahan baku.

“Dahulu disepanjang jalan lintas Jambi-Batanghari di Desa Pulau Betung ini terdapat toko-toko yang memajang hasil ukiran untuk dijual, namun saat ini hanya terdapat satu dua toko yang masih buka,” kata M Sani.

Kekhasan ukiran kursi kayu masyarakat desa itu terletak dari ukiran-nya yang menyerupai lilitan akar kayu yang mengandung unsur seni dan keindahan yang spesifik. Proses pembuatannya dilakukan dengan penuh ketelitian, keseriusan dan kesabaran tingkat tinggi. Sehingga banyak peminat kerajinan ukiran masyarakat desa itu.

“Kita berharap ada solusi dari pemerintah, karena ukiran kayu di desa kami ini sudah terkenal dan sudah menjadi ciri khas Kabupaten Batanghari,” kata M Sani.