Video "Bulukumba" akibat minimnya pemahaman nilai budaya

id Video bulukumba,berita sumsel, berita palembang, antara sumsel, antara palembang, antara hari ini, jembatan ampera, wong palembang, wisata palembang,

Video "Bulukumba" akibat minimnya pemahaman nilai budaya

Sastrawan Indonesia Budi Hutasuhut. (Ist)

Tapsel (ANTARA) - Sastrawan Indonesia, Budi Hutasuhut mengatakan video hubungan suami isteri di dalam kelas diduga melibatkan siswi SMK di Bulukumba, Sulawesi Selatan, tidak terlepas dari minimnya pemahaman nilai budaya.

"Itu imbas degradasi moral dan menjadi cambuk semua pihak," katanya di Tapanuli Selatan, Sabtu.

Ia menyebutkan hal tersebut bisa terjadi menurut pandangan atau dari  kajian budaya, sebetulnya bangsa kita belum tuntas memahamkan subtansi nilai-nilai budaya lokal.

Generasi pada kemerdekaan Republik Indonesia mengalami euforia kemerdekaan tanpa sempat memikirkan budaya warisan leluhur yang sebenarnya.

"Merasa bahwa 'merdeka' merupakan bagian dari masyarakat dunia yang bisa menikmati segala hak asasi manusia," sebut Budi yang juga penulis puisi, cerpen, dan esai.

Pada saat yang sama, nilai moderen yang ditanamkan kolonial lewat pendidikan formal, tertanam sebagai ideologi modern yang membuat setiap orang mengidentifikasi diri sebagai orang Eropa.

"Dalam kajian postkolonial masyarakat melakukan mimikri (difotokopy), merasa dirinya bagian dari Eropa (kolonial) sehingga lupa nilai dasar masyarakat tradisional," tambahnya.

Kondisi mimikri dalam konsep 'Homi Bhaba' membuat orang Indonesia menganggap dirinya merupakan representasi orang Eropa karena Eropa merupakan manusia beradab.

Sampai era teknologi modern saat ini dimana akses terhadap hal hal di luar negeri (Eropa atau Barat) lebih mudah diakses, masyarakat merasa semua hal harus memikri, karena hal itu representasi orang beradab.

"Laku semenleven, seks bebas, bukan hal tabu bagi peradaban Eropa," kata Ketua Komite Sastra Dewan Kesenian Lampung (2005 hingga 2009).

Putera kelahiran Sipirok, Tapanuli Selatan 47 tahun silam ini menyatakan tak cuma di Bulukumba, di Padangsidempuan pun banyak terjadi, terlihat dari penangkapan pasangan yang menginap di hotel saat Ramadhan beberapa waktu lalu adalah bukti.

Satpol Pamong Praja dan Kepolisian Resor setempat menangkap banyak pasangan mesum karena bagi mereka persoalan seks merupakan bagian dari kehidupan modern.

"Kondisi ini terjadi karena masyarakat tidak mengerti apalagi memahami nilai-nilai budayanya sendiri, baik budaya lokal maupun nasional," ujarnya seraya menyebut ketidaktahuan pada budaya sendiri membuat masyarakat mencari budaya lain sebagai budaya yang merepresentasikan dirinya.

Menurut dia, pemerintah telah mengeluarkan Undang Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan, yang pada tingkat daerah harus direalisasikan dengan membuat atau menyusun nilai budaya yang khas daerah masing-masing.

"Sayangnya untuk wilayah Tapanuli Bagian Selatan baru Kota Padangsidempuan yang benar benar serius mengikuti amanat UU kebudayaan meskipun pada tingkat ekspresi belum melakukan apa-apa," katanya.

Penyair ini berharap kasus memalukan dan mencoreng dunia pendidikan Bulukumba menjadi pelajaran berharga dengan mengajak semua pihak agar menanamkan kembali nilai-nilai budaya lokal lewat pendidikan maupun lewat kegiatan kegiatan budaya yang bertujuan membangun kepedulian masyarakat.

Perbanyak festival kebudayaan, seminar, dan pelatihan bagi para pendidik agar bisa mengajarkan kebudayaan dalam rangka menyelamatkan generasi muda bangsa dari degradasi moral.