Dua desa di Aceh Utara diterjang banjir

id Banjir ,Dua desa,Aceh Tenggara,Pemerintah Aceh,Provinsi Aceh

Dua desa di Aceh Utara diterjang banjir

Air luapan sungai mengenai salah satu ruas jalan di Aceh Tenggara, Senin (10/6). Foto: BPBD Aceh Tenggara

Banda Aceh (ANTARA) - Peristiwa bencana banjir menerjang dua gampong (desa) terletak di daerah aliran sungai setempat akibat hujan yang terus mengguyur dalam beberapa hari terakhir di Aceh Tenggara, Senin (10/6) malam.

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA), Teuku Ahmad Dadek di Banda Aceh, Selasa, mengatakan, terdapat dua desa yang diterjang banjir, yakni Kute Lesung di Kecamatan Lawe Sumur dan Bambel Gabungan di Kecamatan Bambel, Aceh Tenggara.

"Penyebabnya akibat hujan yang terjadi dalam beberapa hari terakhir telah mengakibatkan air Sungai Bulan, dan Sungai Kinga meluap hingga menggenangi rumah pemukiman penduduk pada Senin sekitar pukul 20.30 WIB," terangnya.

Ia mengatakan, tim Bandan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Aceh Tenggara melaporkan kondisi air pada kedua sungai tersebut mulai berangsur surut atau menuju normal kembali.

Intansi terkait dilaporkan sedang berkoordinasi dengan perangkat desa dan kecamatan setempat untuk melakukan pendataan terhadap dampak material dan korban terdampak.

"Sepanjang hari ini, kondisi cuaca di wilayah Aceh Tenggara dalam keadaan mendung," katanya.

Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Aceh tahun ini mencatat, maraknya praktek "illegal logging" atau pembalakan liar dalam beberapa tahun terakhir telah menjadi pemicu kerusakan ekosistem di Aceh Tenggara dan menjadi daerah yang sangat rawan bencana, khususnya banjir.

"Dalam sepuluh tahun terakhir saja, kerugian material akibat banjir berbagai kawasan di Aceh Tenggara telah mencapai angka Rp215 miliar," ungkap Direktur Walhi Aceh, Muhammad Nur.

Menurutnya, banjir akibat sungai meluap maupun bandang merupakan bencana paling sering terjadi di wilayah yang berbatasan dengan Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara ini.

Sedangkan di luar banjir dalam sepuluh tahun terakhir, lanjut dia, juga terjadi angin kencang puting beliung hingga tanah longsor dengan frekuensi setidaknya mencapai 37 kali dalam rentang waktu tersebut.

"Kita bisa lihat, setidaknya dari tahun 2010 sampai sekarang. Setiap tahun pasti ada saja banjir terjadi," katanya.