Sri Mulyani: Asumsi pertumbuhan 5,3-5,6 persen pada 2020 masih terukur

id Menkeu,Pertumbuhan ekonomi,Sri Mulyani ,berita sumsel, berita palembang, antara sumsel, antara palembang, antara hari ini, palembang hari ini, jembata

Sri Mulyani: Asumsi pertumbuhan 5,3-5,6 persen pada 2020 masih terukur

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. (ANTARA/Indra Arief Pribadi)

Jakarta (ANTARA) - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan asumsi pertumbuhan ekonomi pada 2020 sebesar 5,3-5,6 persen masih terukur untuk dicapai, meskipun pemerintah perlu meningkatkan kewaspadaan terhadap perlambatan ekonomi global.

Saat memberi tanggapan kepada fraksi DPR dalam Sidang Paripurna DPR di Jakarta, Selasa, Sri Mulyani mengatakan rentang atas pertumbuhan ekonomi sebesar 5,6 persen tidak mustahil dicapai pada 2020 jika semua unsur dari kontributor pertumbuhan ekonomi dapat terwujud.

"Mengenai pertumbuhan ekonomi tahun 2020 sebesar 5,3-5,6 persen, pemerintah berpendapat perlunya sikap kehati-hatian namun penting untuk menjaga optimisme yang terukur," ujarnya.

Pernyataan Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu berlandaskan pada terjaganya pertumbuhan konsumsi, investasi, dan ekspor dengan dukungan belanja pemerintah secara proporsional, untuk mencapai pertumbuhan ekonomi sesuai target.

"Perkiraan batas bawah menunjukkan risiko global yang meningkat, sedangkan perkiraan proyeksi batas atas menunjukkan potensi pertumbuhan ekonomi apabila semua unsur penyumbang pertumbuhan dapat diwujudkan," ujarnya.

Pemerintah, ujarnya, akan menjaga konsumsi melalui pengendalian inflasi dan menjaga daya beli masyarakat. Selain itu, program bantuan sosial juga digulirkan untuk mendorong pemerataan pendapatan dan pemenuhan kebutuhan masyarakat terutama yang berpenghasilan rendah.

"Begitu juga investasi terus ditingkatkan melalui perbaikan dan penyederhanaan regulasi, perbaikan iklim investasi, dan pemberian fasilitasi investasi dan promosi investasi," ujar dia.

Untuk mewujudkan aliran investasi yang deras, dia mengatakan pemerintah akan lebih proaktif dengan menjajaki langsung perusahaan yang akan berinvestasi di Indonesia.

Sejalan dengan itu, pemerintah mesti meningkatkan kewaspadaan terhadap gejolak arus modal global, seperti yang terjadi pada 2018, yang berpotensi melemahkan investasi.

"Sementara itu, untuk mendukung peningkatan pertumbuhan ekspor akan diupayakan melalui kerja sama perdagangan bilateral, seperti dengan Afrika, Eropa Timur, Timur Tengah, dan Asia Tengah," ujarnya.