Rantai perdagangan beras di Sumsel bertambah panjang

id beras,rantai perdagangan beras,bps,badan pusat statistik,sembako,beras medium ,beras murah

Rantai perdagangan beras di Sumsel bertambah panjang

Kepala BPS Sumsel Endang Tri Wahyuningsih (paling kanan). (Antara News Sumsel/Dolly Rosana/19)

....Untuk komoditas lain, seperti bawang merah, telur dan daging, semua polanya sama seperti tahun-tahun sebelumnya tidak ada perubahan....
Palembang (ANTARA) - Rantai perdagangan beras di Sumatera Selatan diprakirakan bertambah jika dibandingkan sebelumnya karena saat ini harus melewati pedagang grosir sebelum sampai ke pedagang pengecer, kata Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Selatan, Endang Tri Wahyuningsih.

Endang Tri Wahyuningsih di Palembang, Rabu, mengatakan, penambahan ini sepatutnya menjadi perhatian dari berbagai pihak terkait karena menjadi salah satu penyebab angka margin perdagangan dan pengangkutan beras di Sumsel menjadi yang tertinggi di Indonesia yakni 28,58.

Berdasarkan survei Pola Distribusi 2018 Badan Pusat Statistik (BPS) disebutkan mata rantai perdagangan beras di Provinsi Sumatera Selatan merupakan yang terpanjang se-Indonesia. Perdagangan beras di daerah tersebut melibatkan empat rantai distribusi, mulai dari produsen (penggilingan), agen, pedagang grosir, dan pedagang eceran sebelum akhirnya tiba ke tangan konsumen.

“Untuk komoditas lain, seperti bawang merah, telur dan daging, semua polanya sama seperti tahun-tahun sebelumnya tidak ada perubahan. Hanya beras, yang berubah cukup signifikan karena saat ini ada pedagang grosir,” kata Endang.

Menurut Endang, andai saja rantai perdagangan beras di Sumsel itu dapat lebih disederhanakan maka potensi bakal luar biasa karena harga di tingkat konsumen dapat ditekan. Apalagi, kondisi ini dibarengi fakta bahwa Sumsel memiliki stok beras nomor lima di Indonesia.

Seperti diketahui, beras asal pertanian di Sumsel dikirim ke provinsi tetangga yakni Riau, Jambi dan Bengkulu.

Kepala Dinas Perdagangan, Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah UKM Kabupaten Banyuasin, Sumsel, Lukman mengatakan harga beras di tingkat petani sejauh ini sudah wajar atau tidak layak jika diturunkan lagi. Harga beras medium dari petani berkisar Rp6.500 - Rp7.000 per kilogram, sementara di tingkat konsumen sudah tembus Rp9.000 - Rp10.000 per kilogram.

“Saat ini warga kami sedang kesulitan. Mereka menanam karet, harganya jatuh. Lalu menanam sawit, juga demikian. Jangan pula harga beras ikut-ikutan jatuh, kasihan mereka,” kata Lukman.

Sebaiknya, rantai perdagangannya saja yang disederhanakan agar margin dapat lebih besar ke petani dan harga beli di tingkat konsumen tetap terjangkau.