SLB dorong siswa disabilitas buat usaha kecil dan menengah

id Siswa disabilitas

SLB dorong siswa disabilitas buat usaha kecil dan menengah

Salah seorang siswa YPAC Palembang sedang membuat pola kain jumputan dalam pelatihan untuk para penyandang disabilitas, Senin (29/4) (Antara News Sumsel/Aziz Munajar/19)

....Tantangan para siswa disabilitas dalam mencari pekerjaan sangat berat, pada kenyataannya harus diakui jika mereka masih kalah dari orang-orang normal....
Palembang (ANTARA) - Sekolah luar biasa  di bawah Yayasan Pembinaan Anak Cacat Kota Palembang mendorong siswa penyandang disabilitas membuka usaha kecil dan menengah dengan berbagai pelatihan berbasis kemandirian, salah satunya membuat kain jumputan khas Sumatera Selatan.

Kepala Sekolah Luar Biasa kategori B (tunarungu wicara) YPAC Palembang, Lega Raharja, Senin, mengatakan upaya kemandirian siswa didorong karena masih belum meratanya hak penyandang disabilitas dalam memperoleh pekerjaan.

"Tantangan para siswa disabilitas dalam mencari pekerjaan sangat berat, pada kenyataannya harus diakui jika mereka masih kalah dari orang-orang normal, maka kami mendorong agar mereka buat usaha mandiri saja," ujar Lega saat pelatihan membuat kain jumputan.

Menurut dia, siswa tidak bisa lagi hanya dibekali kemampuan akademik karena akan tetap kalah dalam persaingan, sehingga sekolah memberi berbagai skil tambahan yang bisa dikembangkan sendiri oleh siswa pasca lulus.

Apalagi akses pasar dan permodalan saat ini jauh lebih mudah serta dapat dijangkau kapanpun, selain itu bantuan fasilitasi dari dinas perindustrian, perdagangan, koperasi dan UMKM terus diberikan agar potensi siswa disabilitas terangkat.

YPAC memberikan pelatihan membuat kain jumputan karena barangnya termasuk paling banyak di cari selain kain batik, pasarnya di tingkat lokal cukup besar dengan biaya produksi yang cukup murah.

"Dengan dilatih membuat kain jumputan, kami berharap para siswa bisa mengembangkan dan memasarkannya sendiri, dengan demikian posisi mereka akan terangkat di tengah-tengah keluarga serta masyarakat, tidak lagi di pandang sebagai beban," jelas Lega.

Pelatihan tersebut diikuti 30 siswa dan pendamping, sebelumnya siswa pernah dilatih membuat batik, menjahit serta membuat alat-alat rumah tangga sederhana.

Meski demikian, ia menyebut masih ada hambatan bagi siswa dalam mengembangkan potensinya pasca lulus, yakni faktor keluarga dan lingkungan.

"Jika melihat siswa yang sudah lulus, kebanyakan mereka nasibnya tergantung keluarga dan lingkungan, ada yang menjadi ojek, bekerja di perusahaan, menekuni usaha keluarga, tapi tidak sedikit yang menganggur akibat faktor ekonomi," lanjutnya.

Bagi siswa lulusan berprestasi, kata dia, Dinas Perindustrian, Koperasi dan UKM siap memberi pelatihan intensif dan akses permodalan jika siswa disabilitas memenuhi syarat mendirikan UMKM.

Sementara salah seorang siswa disabilitas, M. Sumantri, mengatakan sangat senang dengan pelatihan-pelatihan yang di adakan YPAC Palembang, ia berharap perhatian pemerintah tidak sebatas fasilitasi kemampuan saja.

"Saya siap menekuni usaha kain jumputan atau usaha lainnya jika memang pemerintah bersedia memberikan modal, saya memang ingin punya usaha sendiri walaupun setiap hari harus pakai kursi roda," demikian M. Sumantri.