Fed kian "bersabar", investor akan semakin minati rupiah

id BI, Perry Warjiyo, rupiah,rupiah,mata uang indonesia,ekonomi indonesia,berita sumsel, berita palembang, antara sumsel, antara palembang, antara hari i

Fed kian "bersabar", investor akan semakin minati rupiah

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo . ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/ama

Jakarta (ANTARA) -
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan bahwa pergerakan nilai tukar rupiah akan stabil atau tanpa fluktuasi signifikan, yang salah satunya dikarenakan derasnya suplai modal asing ke pasar, setelah The Fed yang kian bersabar dalam menaikkan suku bunga acuan AS.

Ketika ditemui di Jakarta, Jumat, Perry mengatakan bahwa dengan The Fed yang akan mempertahankan suku bunga acuan, selisih suku bunga instrumen keuangan (differential interest rate) di negara berkembang, dan obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun kian melebar.

Hal itu akan menambah ketertarikan investor untuk beralih ke instrumen di negara berkembang termasuk ke Indonesia karena imbal hasil yang ditawarkan lebih tinggi.

"Perbedaan suku bunga antara Indonesia dengan 'treasury bill' itu juga cukup menarik bagi investor asing untuk menanamkan dananya ke Indonesia," ujar dia.

Saat ini, obligasi pemerintah AS (treasury bill) bertenor 10 tahun memiliki imbal hasil 2,63 persen. Sementara, imbal hasil obligasi pemerintah Indonesia bertenor 10 tahun menawarkan imbal hasil di kisaran 7,7 persen.

Maka dari itu, Perry mengaku optimstis, pergerakkan nilai tukar rupiah akan lebih terkendali dengan terbantunya suplai valas untuk memenuhi kebutuhan valas di Indoensia. Adapun, sepanjang kuartal I 2019, modal asing yang masuk ke Indonesia mencapai 5,5 miliar dolar AS.

"Kami meyakini nilai tukar rupiah akan tetep stabil. 'Inflow' ke dalam surat berharga negara yang terus naik dan itu akan menambah suplai di pasar valas," ujar dia.

Bank Indonesia mengaku saat ini merujuk pada kajian bahwa The Fed tidak akan menaikkan suku bunga acuannya dalam dua tahun ke depan hingga 2020.

Hal itu karena pertumbuhan ekonomi AS masih melambat menyusul menurunnya tingkat pendapatan di negara tersebut menurun dan terbatasnya stimulus fiskal. Selain itu, inflasi di AS juga tidak terlalu tinggi, yang menandakan permintaan belum menggeliat.

Meskipun BI mengaku rupiah akan stabil, data pasar menunjukkan rupiah mengalami tekanan dalam dua hari terakhir, meskipun koreksi masih terbatas. Hingga Jumat pukul 14.00, rupiah diperdagangkan di Rp14.190 per dolar AS di pasar spot, sedikit menguat dari saat pembukaan perdagangan yang sebesar Rp14.194 per dolar AS.

Pada akhir pekan ini, investor tertuju pada sentimen dari negoisasi damai konflik dagang antara AS dan China dan juga pengumuman Produk Domestik Bruto AS pada Jumat waktu setempat.