Penetapam frekuensi internet 5G setelah Oktober 2019

id frekuensi 5g,qualcomm,kominfo,5g

Penetapam frekuensi internet 5G setelah Oktober 2019

Direktur Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika (SDPPI) Kominfo Ismail (kiri) bersama Country Manager Qualcomm Indonesia Shannedy Ong (dua dari kiri) dalam Qualcomm Invention Forum di Hotel Four Season, Jakarta, Selasa (23/4/2019). (ANTARA News/Dewa Wiguna)

Jakarta (ANTARA) - Indonesia akan menetapkan frekuensi jaringan Internet generasi kelima atau 5G setelah pelaksanaan Konferensi Komunikasi Radio Dunia (WRC) yang dijadwalkan berlangsung di Mesir, Oktober 2019.

"Konferensi empat tahunan itu menentukan band frekuensi suatu teknologi. Jadi kami sedang menunggu acara WRC," kata Direktur Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika (SDPPI) Kementerian Komunikasi dan Informatika Ismail saat ditemui dalam Forum Qualcomm di Jakarta, Selasa.

Meski belum ditetapkan, namun Kominfo berencana memanfaatkan frekuensi middle band 3,5 Ghz yang sudah digunakan untuk satelit dan akan dikonsolidasikan dengan frekuensi 5G.

"Jadi kami akan atur frekuensi di 3,5 digunakan satelit dan 5G itu bisa digunakan bareng," ujarnya.

Frekuensi tersebut, kata dia, bukan khusus hanya di Indonesia tapi yang ada di seluruh dunia atau world wide platform sehingga akan mempermudah operator dalam hal biaya investasi.

Meski demikian, penerapan teknologi 5G di Tanah Air saat ini tidak langsung dinikmati oleh konsumen melainkan akan diarahkan terlebih dahulu untuk kawasan industri.

Komersialisasi 5G hingga di tangan masyarakat, kata dia, tergantung kesiapan dari masing-masing operator telekomunikasi yang sebelumnya sudah melakukan uji coba.

Operator yang sudah melakukan uji coba 5G itu yakni Telkomsel, XL, Indosat dan Tri.

Sementara itu, Country Manager Qualcomm Indonesia Shannedy Ong dalam forum bertema "Era Industri Pintar dan Saling Terkoneksi" mengungkapkan kendala utama komersialisasi penerapan 5G di Indonesia adalah belum adanya alokasi spektrum.

"Suatu teknologi agar bisa dikomersialkan harus melalui tahapan sejak fase desain, deployment dan komersial. Sebelum sampai arah desain, dia sudah harus ada pada tahap penentuan spektrum, tanpa ada itu, tidak bisa apa-apa," katanya.

Shannedy mengungkapkan penerapan 5G dinikmati masyarakat secara komersial di sejumlah negara di antaranya Amerika Serikat, Korea Selatan, Jepang, China dan beberapa negara di benua Eropa dengan didukung teknologi Qualcomm.

Hingga saat ini, lanjut dia, sudah ada sekitar 30 operator "Original Equipment Manufacture" (OEM) atau kalangan pabrikan yang sudah mengkomersialkan 5G berteknologi Qualcomm.