Produsen mengeluh harga jual garam rendah

id produsen garam, keluhkan, rendahnya, harga jual garam

Produsen mengeluh harga jual garam rendah

Seorang pekerja di Kecamatan Kedung, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, tengah mengemasi garam konsumsi sebelum dijual ke pasaran. (Foto : Akhmad Nazaruddin Lathif)

Jepara (ANTARA) - Produsen garam konsumsi di Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, mengeluhkan rendahnya harga jual garam di pasaran, sedangkan harga jual garam impor justru lebih mahal.

"Biasanya, ketika garam impor dijual dengan harga mahal, harga jual garam lokal juga mengikuti. Kenyataanya, justru harga garam lokal turun," kata Suhadam, produsen garam konsumsi asal Kecamatan Kedung, Kabupaten Jepara, Kamis.

Padahal, kata dia,  bulan-bulan seperti sekarang merupakan momen mendapatkan keuntungan yang lebih besar karena petani garam belum memulai produksi.

Kenyataannya, lanjut dia, harga jual garam di tingkat petani lokal justru turun menjadi Rp800-an per kilogram, sedangkan garam yang siap angkut harganya mencapai Rp1.000 per kilogram.

Harga jual tersebut dianggap lebih rendah dibandingkan musim panen garam sebelumnya bisa di atas Rp1.000 per kilogram.

Harga jual garam impor untuk saat ini masih tinggi karena mencapai Rp2.800/kg sehingga terpaut jauh dengan harga jual garam lokal.

Kondisi tersebut, akhirnya berdampak pada harga jual garam konsumsi di pasaran juga ikut turun. "Jika sebelumnya garam halus untuk kemasan 100 gram bisa dijual dengan harga Rp4.200, kini turun menjadi Rp2.500," ujarnya.

Ia mengaku mengalami kerugian karena bahan baku garam yang dimiliki merupakan stok lama saat harga jual garam di pasaran masih berkisar Rp1.400 per kilogramnya.

Meskipun pada bulan Juni dan Juli mulai ada produksi garam, dia mengaku, tidak berani menyimpan stok garam dalam jangka waktu lama, sehingga harus segera dihabiskan karena khawatir harganya justru turun lagi.

Pengelola UD Garamg Kerang Eko mengakui harga bahan baku untuk membuat garam konsumsi memang murah, namun permintaan garam di pasaran justru cenderung lesu, yang dimungkinkan terlalu banyaknya stok garam konsumsi di pasaran.