TKN nilai Prabowo tidak mengapriesiasi kerja keras bangsa

id Tkn, arif budimanta, prabowo,Kerja anak bangsa, tidak apresiasi kerja bangsa

TKN nilai Prabowo tidak mengapriesiasi kerja keras bangsa

Pendukung pasangan capres dan cawapres nomor urut 02, Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno mengikuti kampanye akbar di Stadion Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Minggu (7/4/2019). ANTARA FOTO/zarqoni maksum/ama

Jakarta (ANTARA) - Juru bicara Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma'ruf,  Arif Budimanta menilai capres RI Prabowo Subianto tidak mengapresiasi kerja keras bangsa dengan meragukan baiknya pertumbuhan ekonomi 5 persen.

"Pertumbuhan ekonomi sekitar 5 persenan tentu suatu capaian yang perlu diapresiasi, karena untuk tumbuh sebesar itu diperlukan perencanaan dan pengorganisasian dan kerja keras secara kolektif yang baik dan terukur," kata Arif Budimanta dalam siaran pers di Jakarta, Minggu.

Arif mengatakan sejak 2011-2015 tren pertumbuhan ekonomi Indonesia melemah akibat efek turunan krisis 2008. Ekonomi masa itu turun dari sekitar 6 persen menjadi di bawah 5 persen.

"Sejak itu trennya semakin membaik sampai dengan saat ini menjadi di atas 5 persenan," ujar dia.

Dia menekankan ketika ekonomi tumbuh di atas 6 persen, ekonomi China sebagai salah satu negara mitra dagang Indonesia tumbuh dua digit. Saat ini pertumbuhan China hanya sekitar 6-7 persen atau menurun sekitar 30-an persen.

"Kita masih lebih baik, ke depan akan lebih baik dengan semakin baiknya infrastruktur ekonomi dan komitmen yang kuat dari pemerintah menjalankan redistribusi aset dan kebijakan keadilan ekonomi," jelasnya.

Menurut Arif, Jokowi sejak awal menyatakan kunci pertumbuhan ekonomi ada di sektor ekspor dan investasi.

Selain itu misi-misi dagang nasional harus lebih aktif, duta-duta besar harus mengedepankan diplomasi ekonomi agar neraca dagang/ekspor nasional semakin baik dan memberi kontribusi positif kepada pertumbuhan ekonomi yang pada akhirnya berimplikasi positif untuk mendorong terbukanya lapangan kerja yang lebih luas.

Kemudian di era Presiden Jokowi, kata dia, pertumbuhan juga berkualitas. Dia menegaskan, program Indonesia Pintar, Indonesia Sehat, Program Sembako Murah, Kartu Pra Kerja, serta Redistribusi aset adalah operasionalisasi dari mandat konstitusi untuk menjadikan Indonesia adil makmur dan terbebas dari kemiskinan.

Lebih jauh Arif menyampaikan sejak 2015 angka kemiskinan menunjukkan tren yang menurun, begitu juga pengangguran dan angka gini ratio. Hal ini menunjukkan pembangunan diikuti dengan pemerataan yang lebih baik.

"Ini tidak otomatis turun tetapi karena intervensi kebijakan yang benar. Kita pernah tumbuh di atas 5 persen bahkan di atas 6 persen tetapi ketimpangan meningkat," jelasnya.

Sebelumnya Prabowo dalam kampanye terbuka di Gelora Bung Karno, Jakarta, Minggu meragukan pertumbuhan ekonomi 5 persen sudah baik.