Dubes Denmark: Jangan ulangi kesalahan dalam bangun insinerator

id Rasmus Abildgaard Kristensen,membangun insinerator

Dubes Denmark: Jangan ulangi kesalahan dalam bangun insinerator

Insinerator (alat pembakaran sampah). (Ist)

Jakarta (ANTARA) - Duta Besar Denmark untuk Indonesia, Timor Leste, Papua Nugini dan ASEAN Rasmus Abildgaard Kristensen mengingatkan Indonesia agar jangan mengulangi kesalahan Denmark membangun insinerator dengan kapasitas berlebih hingga harus mengimpor sampah.  

Rasmus dalam diskusi terkait isu ekonomi sirkuler bersama sejumlah wartawan di kediamannya di Jakarta, Kamis, mengatakan Denmark membangun terlalu banyak insinerator untuk mengatasi sampah, sehingga saat grafik ekonomi sirkuler semakin meningkat, jumlah sampah yang bisa dibakar berkurang drastis.

Insinerator adalah suatu alat pembakar sampah yang dioperasikan dengan menggunakan teknologi pembakaran pada suhu tertentu, sehingga sampah dapat terbakar habis.
 

Akhirnya, menurut Rasmus, Denmark harus mengimpor sampah dari Inggris dan Jerman untuk membuat insineratornya tetap dapat bekerja.
 

Berdasarkan kunjungannya ke beberapa daerah di Indonesia, ia mendapat kesan dari DPRD maupun pemerintah daerah bahwa mereka begitu jatuh cinta pada insinerator untuk mengatasi persoalan sampah secara cepat.
 

Padahal, menurut dia, tidak semua daerah memiliki cukup sampah untuk memenuhi kapasitas pembakaran sebuah insinerator. Salah satu daerah yang dicontohkannya adalah Lombok.
 

Rasmus juga mengatakan bahwa tujuan utama penggunaan insinerator pada dasarnya untuk menyelesaikan persoalan sampah dengan cepat. Sedangkan hasil lainnya seperti listrik, hanya ekstra saja dan jumlahnya tidak akan banyak.
 

Sekitar 69 persen sampah di Denmark saat ini, menurut dia, telah diolah kembali dan menjadi ekonomi sirkuler, sedangkan sekitar 23 persen dibakar di insinerator. Sementara sekitar 7 persen lainnya akan menuju Tempat Pembuangan Akhir (TPA) atau landfill.
 

Penasihat sektor lingkungan Kedutaan Besar Denmark untuk Indonesia Morten Hilmie Van Donk mengatakan perkembangan ekonomi sirkuler begitu besar di Eropa, nilainya bahkan mencapai triliunan Euro.
 

Indonesia dan Denmark sudah menjalin kerja sama pengembangan ekonomi sirkuler dan pengelolaan limbah padat melalui Kementerian Lingkungan dan Pangan Denmark bersama Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).