Sumsel belum makmur soal pemenuhan protein hewani

id sapi,kambing,protein hewani,protein

Sumsel belum makmur soal pemenuhan protein hewani

Ketua PDHI Sumsel drh. Jafrizal sedang mengecek gigi sapi di peternakan Jalan Demang Lebar Daun Palembang, Selasa (31/7). (ANTARA News Sumsel/Aziz Munajar/Erwin Matondang/18)

Palembang (ANTARA News Sumsel) - Provinsi Sumatera Selatan belum makmur dalam bidang pemenuhan protein hewani masyarakatnya, kata Ketua Persatuan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) Sumsel Dr. drh. Jafrizal.

"Data Kementerian Pertanian RI tahun 2018 menyebut produksi daging sapi di sumsel mencapai 73 juta ton, jika dirata-ratakan dengan jumlah penduduk Sumsel sebanyak 8 juta jiwa, maka konsumsi daging masyarakat sumsel angkanya 9,25 kilogram/kapita/tahun), masih di bawah angka konsumsi nasional yakni 12,5 kilogram/kapita/tahun. Tentu hal ini harus jadi perhatian pemerintah provinsi agar bisa meningkatkan angka konsumsi itu," ujar Dr. drh. Jafrizal, Senin (25/2)

Dia menerangkan rendahnya konsumsi daging tersebut disebabkan beberapa faktor seperti rendahnya daya beli masyarakat terhadap daging dan masih kurangnya produksi daging, baik sapi, kerbau, itik, maupun ayam. 

Terlebih lagi daging sapi, pihaknya mencatat jika sumsel merupakan pengimpor sapi terbesar nomor dua se-Indonesia yakni sebesar 243.572 ekor dan angka konsumsi nya sebanyak 2,2 kilogram/kapita/tahun/jiwa (masih rendah).

Padahal menurutnya protein hewani sangat penting dalam kehidupan manusia, diantaranya dapat membuat pertumbuhan badan lebih baik dan meningkatkan kecerdasan, di sisi lain sumsel menyandang predikat provinsi terkaya nomor 5 di Indonesia, namun dari segi konsumsi protein hewani (ternak) masih kurang.

"Saat ini konsumsi protein hewani masyarakat sumsel paling banyak berasal dari daging ayam dan ikan, sementara sumber protein hewani dari telur serta daging sapi masih kurang, oleh karena itu memang sebaiknya sudah ada langkah untuk meningkatkannya, terutama produksi daging sapi," jelas Dr. drh. Jafrizal.

Terkait Provinsi Sumsel sebagai pengimpor sapi untuk konsumsi masyarakat, hal tersebut dikarenakan usaha peternakan sapi termasuk padat modal, maka akan sulit bagi masyarakat menjalankannya secara mandiri.

Sehingga perlu mengajak investor agar bisa membuka peternakan sapi di wilayah sumsel dengan memberikan insentif baik berupa kebijakan kemudahan dalam perizinan, penjamin keamanan maupun kesinambungan usaha ke depan.

"Hal ini dapat menumbuhkan usaha peternakan rakyat dan penyerapan tenaga kerja dalam sistem kemitraan usaha," ujarnya. 

Beiringan dengan usaha meningkatkan produksi daging, pihaknya berharap pemerintah juga dapat memperhatkan insfrastruktur hewan dan SDM-nya, di mana dari 236 kecamatan sesumsel baru terdapat 33 pusat kesehatan hewan (puskeswan), jumlah tersebut jauh dari ideal (3 kecamatan minimal 1 puskeswan).

Ditambahkanya lagi, jumlah medik veteriner fungsional, paramedik dan inseminator juga masih kurang, jika Pemprov Sumsel serius menjadikan sektor pangan sebagai program mayoritas, maka insfratruktur kesehatan hewan sangat perlu diperhatikan.