Darmin: Ekspor terpengaruh oleh perlambatan ekonomi global

id Darmin Nasution,ekspor,ekspor indonesia,impor indonesia,ekonomi indonesia,ekonom,berita sumsel, berita palembang, antara sumsel, antara palembang, ant

Darmin: Ekspor terpengaruh oleh perlambatan ekonomi global

Darmin Nasution. (ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma)

Jakarta (ANTARA News Sumsel) - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan kinerja ekspor nasional masih terpengaruh oleh perlambatan ekonomi di negara-negara yang selama ini menjadi tujuan ekspor utama.

"Perkembangan dunia cepat sekali, tapi 'adjustment'nya lambat," kata Darmin di Jakarta, Jumat.

Darmin menjelaskan negara-negara tujuan ekspor utama seperti China, Amerika Serikat, Jepang, Uni Eropa dan India sedang mengalami perlambatan ekonomi karena berbagai hal.

Menurut dia, kondisi tersebut membuat permintaan dari China, yang menjadi negara tujuan ekspor nomor satu Indonesia, mengalami penurunan.

Padahal, tambah Darmin, tidak mungkin untuk mengalihkan ekspor ke negara tujuan lain dalam waktu singkat, karena kekhususan barang ekspor tersebut.

"Memang produk yang kita ekspor ke China tidak mudah dialihkan ke negara lain, karena lebih banyak komoditas pertambangan dan perkebunan," kata Darmin.

Darmin memastikan kinerja ekspor yang mengalami penurunan ini bukan karena Indonesia sudah melewati puncak kemampuan ekspor, karena pemerintah terus berupaya untuk mendorong ekspor produk unggulan dari berbagai industri.

"Kita masih merumuskan komoditi apa lagi (yang bisa diekspor), tapi cenderung ke industri, seperti tekstil atau garmen. Kita masih pelajari terlebih dahulu," ujarnya.

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis nilai ekspor Indonesia pada Januari 2019 mencapai 13,87 miliar dolar AS atau turun 3,24 persen dibanding ekspor Desember 2018 sebesar 14,33 miliar dolar AS.

Jika dibandingkan Januari 2018, nilai ekspor juga mengalami penurunan sebesar 4,70 persen dari 14,55 miliar dolar AS.

Kinerja perlambatan ekspor ini menjadi penyumbang terjadinya defisit neraca perdagangan sebesar 1,16 miliar dolar AS pada Januari 2019, lebih tinggi dari Desember 2018 sebesar 1,03 miliar dolar AS.