Produksi batubara Sumsel turun 21,31 persen

id batubara,ekonomi sumsel,berita sumsel, berita palembang, antara sumsel, antara palembang, antara hari ini, palembang hari ini, jembatan ampera,Badan P

Produksi batubara Sumsel turun 21,31 persen

Kapal tongkang pengangkut batu bara saat melintas di Sungai Musi. (ANTARA News Sumsel/Nova Wahyudi/dol)

Palembang (ANTARA News Sumsel) - Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Selatan merilis produksi batubara Provinsi Sumatera Selatan, menurun 21,31 persen pada triwulan IV 2018 jika dibandingkan triwulan sebelumnya.

Kepala BPS Sumsel Endang Tri Wahyuningsih di Palembang, Kamis, mengatakan, penurunan ini berdampak pada kinerja sektor pertambangan dan penggalian sehingga terjadi penurunan dari 11,94 persen pada triwulan III/2018 menjadi 9,29 persen pada triwulan IV/2019.

"Ini harus menjadi perhatian pemerintah daerah, ada apa? Kenapa anjloknya jauh. Jika berlangsung terus menerus bisa bahaya untuk ekonomi di Sumsel," kata Endang.

Ia mengatakan, tak dapat dipungkiri bahwa sektor pertambangan dan penggalian masih menjadi primadona di Sumsel karena mampu memberikan sumbangsih tertinggi dalam PDRB sebesar 20,24 persen, disusul dua sektor lainnya yakni industri pengolahan 19,52 persen, pertanian, kehutanan, dan perikanan 14,80 persen.

Namun, ke depan perlu ada upaya serius untuk mengubah struktur sumber pertumbuhan ekonomi di Sumsel mengingat sektor pertambangan dan penggalian sangat bergantung dengan alam, dan harga jual di pasaran internasional.

Ketika harga batu bara anjlok di pasaran ekspor seperti yang terjadi di triwulan IV/2018 maka secara langsung akan berpengaruh pada kinerja.

Berdasarkan catatan BPS, perusahaan pertambangan batubara mencatat kinerja positif pada sembilan bulan pertama 2018 yakni pada kwartal I 6,05 persen, kwartal II 9,83 persen, kwartal III 11,94 persen, namun pada kwartal IV turun menjadi 9,29 persen.

Namun jika dibandingkan tahun 2017, kinerja sektor pertambangan batubara ini jauh lebih baik karena terjadi kenaikan produksi sebesar 8,0 persen yakni dari 24,24 juta ton menjadi 26,19 juta ton.

Terlepas dari masih berpotensinya sektor ini untuk mengerek pertumbuhan ekonomi di Sumsel, BPS mengamati peluang justru terbuka di sektor lain yakni penyediaan akomodasi dan makan-minum yang mencetak pertumbuhan tertinggi dari berbagai lapangan usaha sepanjang 2018 yakni 13,15 persen.

Meski sumbangsih di PDRB masih rendah yakni 1,76 persen, tapi bukan tidak mungkin ini menjadi sektor utama di Sumsel di masa datang seiring berkembangnya pariwisata, ujar dia.

Belum lama ini BPS merilis pertumbuhan ekonomi Sumsel 2018 sebesar 6,04 persen atau diatas angka nasional 5,17 persen. Capaian juga lebih baik jika dibandingkan 2017 yang 5,51 persen dan 2016 sebesar 5,04 persen.