Muhammadiyah: Perguruan tinggi seharusnya tolak kerja sama rokok

id Prof Edy Suandi Hamid,Muhammadiyah,iklan rokok,kerja sama iklan rokok

Muhammadiyah: Perguruan tinggi seharusnya tolak kerja sama rokok

Dokumentasi Siswa SMP memasang spanduk berlabel Warung Bebas Iklan Rokok. (ANTARA/ Muhammad Adimaja)

Jakarta (ANTARA News Sumsel) - Wakil Ketua Majelis Pendidikan Tinggi Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Edy Suandi Hamid mengatakan perguruan tinggi seharusnya bisa membatasi bahkan menolak kerja sama dengan perusahaan rokok.

"Saat ini berbagai program perusahaan rokok sudah secara terang-terangan masuk ke semua elemen masyarakat termasuk ke perguruan tinggi," kata Edy dalam sebuah diskusi kelompok terfokus yang diadakan di Jakarta, Selasa.

Edy mengatakan setiap tahun ratusan perguruan tinggi terlibat kerja sama dengan industri rokok dalam berbagai program bantuan seperti pendidikan, penelitian hingga pengembangan minat dan bakat mahasiswa.

Menurut dia, perguruan tinggi yang masih bekerja sama dengan industri rokok seringkali "keliru" menafsirkan program-program tersebut sebagai bentuk tanggung jawab sosial perusahaan (CSR).

"Padahal, sebagai akademisi, mereka seharusnya bisa melihat bahwa itu bukanlah CSR melainkan upaya industri rokok untuk menutupi dampak negatifnya melalui berbagai yayasan," tuturnya.

Edy mendorong perguruan tinggi untuk aktif mempelopori dan menciptakan gerakan pengendalian tembakau. Apalagi, mahasiswa merupakan kelompok elit generasi muda yang menjadi sasaran utama industri rokok.

"Sebagai bagian elit pemuda, mahasiswa bisa menjadi panutan pemuda lainnya. Bila banyak insan kampus yang merokok, akan menjadi promosi gratis bagi industri rokok," katanya.

Edy Suandi Hamid menjadi salah satu pembicara diskusi kelompok terfokus yang diadakan Lembaga Pemberdayaan Sosial Indonesia (IISD). Selain Suryani, pembicara lainnya adalah Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Suryani Motik.