Ashrawi: "jalan apartheid" israel ancam keamanan dan perdamaian internasional

id Palestina,jalan Apartheid,Israel

Ashrawi: "jalan apartheid" israel ancam keamanan dan perdamaian internasional

"Jalan Apartheid", yang memisahkan jalur mobil Palestina dengan Israel di Jerusalem. (Kantor Berita Palestina -WAFA)

Ramallah, Palestina, (ANTARA News Sumsel) - Anggota Komite Pelaksana PLO Hanan Ashrawi, Jumat (11/1), mengutuk keras pembukaan "Jalan Apartheid" baru oleh Israel di Jerusalem dan daerah sekitarnya, sehingga memisahkan orang Palestina dan pemukim Yahudi dengan tembok setinggi delapan meter.

"Pembuatan jalan Apartheid bru menegaskan keinginan nyata Israel untuk menancapkan kuku rejim kolonial rasisnya dan memaksakan `Israel Raya` di semua wilayah Palestina, yang bersejarah," kata Ashrawi di dalam satu siaran pers.

Ashrawi menambahkan, "Dengan dukungan selimut pemerintah AS saat ini, termasuk pengesahan pelanggaran yang mengerikan oleh Israel dan penghinaan total terhadap hukum internasional serta konsensus global, Israel berhasil menghancurkan kesinambungan wilayah serta keutuhan wilayah Tepi Barat Sungai Jordan --termasuk Jerusalem Timur-- untuk meningkatkan permukiman kolonialnya dan memfasilitasi pembentukan Bantustan di seluruh wilayah Palestina, yang diduduki."

Pejabat PLO tersebut menyeru masyarakat internasional, termasuk Uni Eropa, "untuk menghadapi perwujudan mencolok rasisme kolonial ini dan meminta pertanggung-jawaban Israel atas tindakan sepihak tidak sahnya dan kejahatan perang dengan langkah nyata yang efektif, termasuk sanksi".

Ashrawi juga mencela serangan militer Israel setiap hari ke dalam jantung kota besar Palestina, termasuk Ramallah dan Al-Bireh, demikian laporan Kantor Berita Palesitna, WAFA --yang dipantau Antara di Jakarta, Sabtu. Ia menggambarkan perbuatan Isrel itu sebagai aksi teror membabi-buta terhadap penduduk sipil dengan tujuan memaksakan kendali mutlak Israel

Ashrawi juga mengutuk rencana Israel untuk merampas 1.200 dunum (satu dunum sama dengan 1.000 meter) lahan orang Palestina yang diduduki di Bethlehem untuk memperluas permukiman tidak saha Efrat dan Gush Etzion, termasuk tanah yang oleh UNESCO digambarkan sebagai warisan dunia yang terancam.

Wanita pejabat Palestina itu juga menggambarkan keputusan Kementerian Keuangan Israel untuk mengeluarkan izin bagi rencana permukiman terpisah yang akan merampas 139 dunum lahan orang Palestina di Desa Deir Dibwan.

Ashrawi menambahkan, "Kebungkaman dan ketulian organisasi internasional dan pemerintah di seluruh dunia terhadap tindakan Israel membuat berani penguasa pendudukan Israel untuk menghancurkan sisa peluang bagi perdamaian yang adil dan berdirinya Negara Palestina Merdeka dengan perbatasan 1967 dengan Jerusalem Timur sebagai Ibu Kotanya."

"Setiap hari, Israel kembali menegaskan statusnya sebagai negara merah yang bertindak dengan kekebalan terus-menerus. Israel mencemooh hukum internasional dan semua negara yang terus menutup mata atas pelanggarannya," kata Ashrawi.

Ashrawi menyimpulkan, "Sikap diam dan kebungkaman ini akan makin membuat Israel berani untuk meningkatkan aksi agresinya dengan kekebalan dan mengancam keamanan serta perdamaian internasional."