Pertamina olah CPO kurangi impor minyak mentah

id pertamina,cpo, minyak, mentah, impor, sumsel

Pertamina olah CPO kurangi impor minyak mentah

Dok.(ANTARA News Sumsel/Nova Wahyudi/dol)

Palembang, (ANTARA News Sumsel) - PT Pertamina (persero) terus berinovasi dengan mengolah CPO (Crude Palm Oil) atau minyak sawit mentah menjadi Green Gasoline (bahan bakar bensin ramah lingkungan) dan Green LPG dengan teknologi co-processing guna mengurangi impor minyak mentah.

Direktur Pengolahan Pertamina Budi Santoso Syarif di Palembang, Jumat mengatakan, implementasi pengolahan CPO secara co-processing di kilang RU III telah memberikan kontribusi positif bagi perusahaan dan negara.

 Inovasi anak bangsa ini telah diuji coba dan memberikan hasil yang membanggakan baik dari kualitas produk, hasil yang ramah lingkungan serta berpotensi mengurangi impor minyak mentah.

"Tingkat kandungan dalam negeri atau TKDN sangat tinggi, karena CPO yang diambil bersumber dari dalam negeri, transaksi yang dilakukan dengan rupiah sehingga mengurangi devisit anggaran negara, serta hasil bahan bakar ramah lingkungan," katanya.

Ia menjelaskan, proses pengolahan CPO dilakukan di fasilitas Residue Fluid Catalytic Cracking Unit (RFCCU) yang berada di kilang Pertamina Plaju, berkapasitas 20 MBSD (ribu barel stream per hari).

 Adapun CPO yang digunakan adalah jenis crude palm oil yang telah diolah dan dibersihkan getah serta baunya atau dikenal dengan nama RBDPO (Refined Bleached Deodorized Palm Oil). RBDPO tersebut kemudian dicampur dengan sumber bahan bakar fosil di kilang dan diolah dengan proses kimia sehingga menghasilkan bahan bakar bensin ramah lingkungan.

"Pencampuran langsung CPO dengan bahan bakar fosil di kilang ini secara teknis lebih sempurna dengan proses kimia, sehingga menghasilkan bahan bakar bensin dengan kualitas lebih tinggi karena nilai octane mengalami peningkatan," ujarnya.

Hasil implementasi co-processing tersebut telah menghasilkan Green Gasoline Octane 90 sebanyak 405 MB/bulan atau setara 64.500 kilo liter/bulan dan produksi Green LPG sebanyak 11,000 ton per bulan.

Ia menyampaikan, diharapkan nantinya dilanjutkan Pertamina RU III lebih memvariasikan dengan berbagai kondisi sehingga volumenya bertambah dan octannya lebih tinggi.

"Harapan kita bisa mencapai pertamax uero. Ke depan teman-teman di pusat dan unit mau melakukan ujicoba lagi tapi dengan berbagai kondisi sehingga memang kita dapatkan tambahan produksi secara volume maupun kandungan sulfur yang lebih rendah," tuturnya.

Upaya ini sangat mendukung pemerintah dalam mengurangi penggunaan devisa, dimana Pertamina bisa menghemat import crude sebesar 7.36 ribu barel per hari atau dalam setahun mampu menghemat hingga USD 160 juta, jelasnya.

Ke depan, langkah ini akan diikuti di kilang lainnya yakni di Kilang Cilacap, Balongan dan Dumai serta akan diperluas untuk jenis bahan bakar lainnya, baik green gasoil (bahan bakar solar) maupun green avtur.

Sementara itu, Direktur BioEnergi Kementerian ESDM, Feby menyatakan, kalau semua unit bisa memproduksi gasoline bisa saving dari yang selama ini diimpor artinya impor bisa dikurangi.

"Ini baru ujicoba pertama, jadi masih banyak variabel-variabel yang harus kita lihat nantinya," ujarnya.

Sementara itu, General Manager RU III Plaju Yoshua I.M Nababan menambahkan tidak ada kendala yang dihadapi dalam proses pengolahan, hanya terjadi kendala untuk pengapalan karena ini baru pertama kalinya.