Menhub soroti tiga masalah transportasi di Sumsel

id menhub,budi karya sumaji,lrt,batu bara

Menhub soroti tiga masalah transportasi di Sumsel

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi (kedua kanan) bersama Ketua Ombudsman Republik Indonesia Amzulian Rifai (kanan) berjalan keluar seusai mecoba pengoperasian Light Rail Transit (LRT) di stasiun LRT Jakabaring, Palembang, Sumatera Selatan, Rabu (1/8). Menhub mencoba pengoperasian LRT Palembang dari Stasiun LRT Bandara SMB II - Stasiun LRT Jakabaring, yang sudah dioperasikan untuk masyarakat umum. (ANTARA News Sumsel/Nova Wahyudi/18)

Palembang (ANTARA News Sumsel)- Menteri Perhubungan menyoroti tiga masalah persoalan transportasi di Sumatera Selatan,  yakni Pelabuhan Tanjung Api-Api (TAA), LRT dan dan larangan angkutan batubara melintasi jalan umum. 

"Kami, ingin tiga masalah kinerja transportasi di Sumsel tersebut mengalami peningkatan," kata Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi di Palembang, Sabtu. 

Ia mengatakan dengan adanya Pelabuhan TAA kita melihat kapasitas di pelabuhan TAA belum maksimal.  Padahal ada potensi angkutan barang dari Palembang ke Bangka dan Belitung.

Kami juga mengkoordinasikan agar fungsi pelabuhan dibuat dua jenis, yakni penumpang  ditambah angkutan barang atau roro dari TAA ke Babel.

"Kami minta waktu dua minggu dengan Dishub Sumsel,  Dirjen Laut,  Dirjen Darat untuk berkoordinasi," tambahnya. 

Ia menambahkan persoalan kedua adalah LRT. Kami butuh LRT saat Asian Games agar  dioperasikan.  Namun sampai saat ini  kita masih melakukan kontruksi di beberapa tempat. 

"Kecepatan  jarak waktu kapasitas belum maksimal Dalam waktu dekat akan datang  2 kereta lagi, harusnya waktu tempuh dari Bandara ke Jakabaring 42 menit, waktu operasi harusnya dari jam 5 subuh hingga jam 10 malam," jelasnya. 

Dia menuturkan,  pihaknya sudah menyampaikan ke Dishub untuk melihat feder maksimal mengurangi kompetisi sejajar dengan LRT,  feder itu tegak lurus dengan fungsi LRT.   

"Ini jadi angkutan jangkar utama dari Bandara sampai ke Jakabaring,  sedangkan yang lain menjadi fider lebih cepat,  waktu operasional lebih panjang," tambah Budi.

Ada 6 parameter untuk meningkatkan menurutnya yakni okupansi LRT yakni highway,  kecepatan,  jarak tempuh,  titik berhenti,  feder dan kompetisi dengan angkutan lain. 

"Terkait pembatasan angkutan batubara di jalan umum,  Budi mengapresiasi, karena banyak masyarakat yang menyetujui. Selain itu,  uang untuk memperbaiki jalan itu banyak sekali. Pemerintah sudah memberikan uang banyak untuk perbaikan jalan akibat angkutan batubara," katanya.

Kami lakukan perbaikan,  masing masing pihak harus menerima keputusan tersebut,  dengan memaksimalkan kereta api.

"Selain itu,  kita persilahkan gunakan jalan khusus. Perlu ada masukan- masukan dan koordinasi harus dilakukan," tutupnya.