Palembang - Lubuk Linggau masih layak jadi barometer inflasi

id Endang Tri Wahyuningsih,Badan Pusat Statistik, Kota Palembang,Kota Lubuk Linggau,infalsi,ekonomi sumsel,berita sumsel,berita palembang,antara sumsel,a

Palembang - Lubuk Linggau masih layak jadi barometer inflasi

Ilustrasi- Inflasi di Palembang (ANTARA News Sumsel/ Sumsel.bps.go.id)

Palembang (ANTARA News Sumsel) - Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Selatan menyebutkan, Kota Palembang dan Kota Lubuk Linggau masih layak menjadi barometer penghitungan inflasi di provinsi itu sehingga belum perlu menambah kota lain.

Kepala BPS Sumatera Selatan Endang Tri Wahyuningsih dalam workshop bersama wartawan di Palembang, Rabu, mengatakan, menjadi kota inflasi tidak mudah karena arus ada syarat-syarat yang perlu dipenuhi.

"Untuk menjadi kota inflasi tidak mudah, ada syarat yang perlu dipenuhi seperti kondisi ekonomi dan sosial, serta harus dilakukan survei khusus, seperti survei biaya hidup di kota tersebut, kata dia.

Namun demikian, kata Endang, tidak menutup kemungkinan Sumsel menambah kota inflasi denan mempertimbangkan perkembangan pola konsumsi di daerah itu.

Ia mencontohkan Jawa Tengah, misalnya. Provinsi itu telah menambah kota inflasi yang menjadi barometer penghitungan indeks harga konsumen (IHK) setiap bulan, yakni dari semula 4 kota menjadi 6 kota.

"Nanti pusat yang menilai apakah sebuah provinsi memerlukan penambahan kota inflasi atau tidak," kata dia.

Berdasarkan data BPS, Kota Palembang bulan Oktober 2018, mengalami inflasi sebesar 0,14 persen yangmana komoditas penyumbang inflasi antara lain akademi/perguruan tinggi, rokok kretek filter, angkutan udara, beras, dan emas perhiasan.

Sementara itu, inflasi di Kota Lubuk Linggau pada bulan yang sama sebesar 0,03 persen di mana komoditas yang menyumbang andil inflasi terbesar di Kota Lubuk Linggau antara lain, beras, apel, dan semen.

Dari penghitungan inflasi di dua kota tersebut, BPS mencatat inflasi Sumsel pada Oktober 2018 sebesar 0,13 persen atau sebesar 1,62 persen jika menghitun laju inflasi tahun kelender sepanjang Januari hingga Oktober 2018.