Wapres AS: Laut China Selatan bukan milik negara manapun

id Mike Pence,laut china selatan

Wapres AS: Laut China Selatan bukan milik negara manapun

Presiden Joko Widodo (kanan) bersama Wakil Presiden Amerika Serikat Michael R. Pence (kiri) menyampaikan keterangan kepada wartawan disela-sela kunjungan kehormatan di Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (20/4/2017). Presiden Jokowi dan Wapres AS Michael R. Pence membahas kerja sama ekonomi bilateral, peningkatan kemitraan strategis antara Indonesia-Amerika Serikat serta isu-isu kawasan dan internasional yang menjadi kepentingan bersama, diantaranya masalah stabilitas kawasan Semenanjung Korea. (ANTARA/Puspa Perwitasa)

Singapura (ANTARA News Sumsel) - Wakil Presiden Amerika Serikat Mike Pence mengatakan, Jumat, Laut China Selatan bukan milik satu negara pun dan Amerika Serikat akan terus berlayar dan terbang di manapun sesuai dengan hukum internasional.

Komentar Pence itu dipastikan akan membuat gusar China, negara yang mengklaim jalur laut strategis tersebut.

Amerika Serikat telah melakukan serangkaian pelatihan "kebebasan berlayar" di Laut China Selatan --yang disengketakan. Langkah AS tersebut membuat marah Beijing, yang mengatakan bahwa tindakan itu mengancam kedaulatannya.

"Laut China Selatan bukan milik negara manapun dan bisa dipastikan: Amerika Serikat akan terus berlayar dan terbang di manapun yang dimungkinkan hukum internasional dan seperti yang dituntut kepentingan nasional kami," tegas Pence.

China, Brunei, Malaysia, Filipina, Vietnam dan Taiwan sama-sama mengklaim Laut China Selatan, jalur pelayaran perdagangan yang setiap tahunnya bernilai 3 triliun dolar AS (lebih dari 43,7 biliun).

Pence pada Kamis mengatakan kepada para pemimpin negara-negara Asia Tenggara bahwa tidak ada tempat bagi "kekaisaran dan agresi" di kawasan Indo-Pasifik. Pernyataan itu bisa dianggap mengacu pada kebangkitan China.

Pence mengeluarkan pernyataan terbaru itu setelah ia menyampaikan pidato penting pada Oktober. Dalam pidatonya, ia mengisyaratkan bahwa Washington akan mengambil pendekatan lebih keras terhadap Beijing. Ia menuduh China sedang menjalankan upaya "ganas" untuk meremehkan Presiden AS Donald Trump serta aksi militer sembrono di Laut China Selatan.