Perbankan 2019 hadapi tantangan likuiditas yang semakin ketat

id bca,bank,likuiditas,ekonomi,moneter

Perbankan 2019 hadapi tantangan likuiditas yang semakin ketat

Ilustrasi (FOTO ANTARA)

Jakarta (ANTARA News Sumsel) -  Direktur PT Bank Central Asia Subur Tan memperkirakan sektor perbankan pada 2019 akan menghadapi tantangan likuiditas yang semakin ketat.

“Likuiditas tahun ini tidak seperti tahun 1998 atau 2008. Namun, yang diwaspadai likuiditas dana menyempit. Mau tidak mau suku bunga akan naik. Ditambah pula, faktor global yang belum jelas,” jelas Subur dalam acara penyerahan donasi BCA secara simbolis kepada UNICEF dan WWF di Jakarta, Jumat.

Ia mengatakan Bank Indonesia pada Kamis (15/11) menyesuaikan suku bunga acuan untuk berjaga-jaga. "Saya rasa market menyambut sangat positif. Angka-angka di bursa hari ini sangat positif," katanya. 

Subur mengakui kondisi suku bunga yang meningkat itu akan memengaruhi perkembanhan sektor riil. 

“Segala sesuatu itu akan ada ekuilibrium. Bukan berarti ada ekuilibrium terhadap currency atau apa. Dengan kenaikan suku bunga, industri akan menyesuaikan diri. Dia akan membayar biaya lebih tinggi,” imbuhnya. 

Subur mengatkan bahwa suku bunga belum bergerak banyak, masih berkisar  satu persen. Masih 100 basis poin (bps) hingga 125 bps. Mestinya, suku bunga acuan itu masih bisa diserap. 

Selain itu, ia menuturkan rasio kredit bermasalah atau NPL masih dapat dipertahankan. "Sampai hari ini tidak ada potensi kenaikan yang signifikan," katanya. 

Menurut Subur,  likuiditas yang ketat berpengaruh pada kenaikan cost of fund (biaya dana) di industri perbankan. 

“Industri ini kan 94 persen bergantung dari luar. Hari ini, kita lihat net buying di bursa cukup bagus. Ada fund flow dari luar yang masuk ke dalam. Idealnya, masing-masing bank memiliki kenyamanannya. Tidak ada pakem yang pasti,” imbuhnya yang merujuk pada aturan OJK dan BI yang meningkat 85 hingga 105 bps. 

Oleh karena itu, sambungnya, BCA melihat market seperti apa dalam menentukan suku bunga. 

“Kita akan amati suku bunga. Kalau bisa bertahan, kami bertahan. Ya, kalau tidak bisa, kami kembali mengikuti mekanisme pasar. Kalau pasar menghendaki naik, kami tidak bisa melawan arus,” tegas Subur.