Cirebon (ANTARA News Sumsel) - Pemerintah optimistis mampu meningkatkan ekspor nonmigas dalam tiga bulan terakhir 2018, mengingat kinerja ekspor nonmigas surplus pada September 2018 sebesar 1,3 miliar dolar AS.
"Pemerintah optimistis untuk terus mendorong peningkatan ekspor pada tiga bulan terakhir sehingga target ekspor nonmigas tahun ini dapat terlampaui," ujar Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita melalui keterangannya yang diterima di Cirebon, Jumat.
Menurut Mendag, pertumbuhan ekspor nonmigas selama Januari¿September 2018 didukung peningkatan ekspor beberapa pasar negara tujuan ekspor.
Ekspor Indonesia ke China tumbuh 26,9 persen, Jepang 18,1 persen, Taiwan 34,1 persen, Korea Selatan 18,6 persen, Vietnam 23,7 persen, dan Bangladesh 19,5 persen.
"Peningkatan ekspor tersebut tidak hanya menunjukkan pertumbuhan yang signifikan, namun juga diprediksi dapat mendukung pencapaian target ekspor nonmigas tahun ini," imbuh Mendag.
Beberapa komoditas utama ekspor nonmigas yang memberikan kontribusi terbesar terhadap peningkatan ekspor selama Januari¿September 2018, antara lain besi dan baja (HS 72), bijih kerak dan abu logam (HS 26), berbagai produk kimia (HS 38), kertas per karton (HS 48), dan bahan bakar mineral (HS 27).
Sementara itu, total impor September 2018 mencapai 14,60 miliar dolar AS, turun 13,18 persen dari Agustus 2018 (MoM) yang mencapai 16,82 miliar dolar AS. Namun, masih meningkat 14,25 persen dibanding September tahun sebelumnya (YoY).
Dibanding September 2017, impor nonmigas naik 13,62 persen, sedangkan impor migas naik 17,76 persen.
Kenaikan impor migas yang cukup tinggi disebabkan karena kenaikan harga rata-rata minyak mentah dunia dari 71,1 dolar AS per barel pada Agustus 2018 menjadi 75,4 dolar AS per barel pada September 2018.
Mendag mengungkapkan, penurunan impor bulan September 2018 terjadi pada semua klasifikasi barang impor. Hal ini mengindikasikan penurunan konsumsi domestik.
Barang konsumsi impor yang menurun signifikan antara lain bahan bakar dan pelumas, makanan dan minuman olahan untuk rumah tangga, serta barang konsumsi tidak tahan lama.
Sedangkan untuk bahan baku/penolong, yang impornya turun adalah bahan bakar dan pelumas, bahan baku untuk industri, serta suku cadang dan perlengkapan barang modal.
Mendag juga menyampaikan, secara kumulatif total impor Januari¿September 2018 mencapai 138,77 miliar dolar AS, naik 23,33 persen dari Januari¿September 2017 (YoY) tercatat sebesar 112,52 miliar dolar AS. Peningkatan nilai impor tersebut didorong oleh kenaikan impor seluruh klasifikasi barang.
Barang modal mengalami kenaikan sebesar 27,9 persen, bahan baku penolong naik 22,1 persen, serta barang konsumsi naik 26,4 persen (YoY).
Neraca perdagangan September 2018 tercatat surplus di tengah meningkatnya harga minyak internasional, defisit neraca perdagangan migas September 2018 mencapai 1,07 miliar dolar AS, atau lebih rendah dibandingkan defisit bulan sebelumnya yang mencapai 1,61 miliar dolar AS.
Sementara itu, neraca perdagangan nonmigas bulan September 2018 tercatat surplus sebesar 1,29 miliar dolar AS, meningkat dua kali lipat dibandingkan bulan sebelumnya.
Menurut Mendag, pertumbuhan ekspor nonmigas selama Januari¿September 2018 didukung peningkatan ekspor beberapa pasar negara tujuan ekspor.
Ekspor Indonesia ke China tumbuh 26,9 persen, Jepang 18,1 persen, Taiwan 34,1 persen, Korea Selatan 18,6 persen, Vietnam 23,7 persen, dan Bangladesh 19,5 persen.
"Peningkatan ekspor tersebut tidak hanya menunjukkan pertumbuhan yang signifikan, namun juga diprediksi dapat mendukung pencapaian target ekspor nonmigas tahun ini," imbuh Mendag.
Beberapa komoditas utama ekspor nonmigas yang memberikan kontribusi terbesar terhadap peningkatan ekspor selama Januari¿September 2018, antara lain besi dan baja (HS 72), bijih kerak dan abu logam (HS 26), berbagai produk kimia (HS 38), kertas per karton (HS 48), dan bahan bakar mineral (HS 27).
Sementara itu, total impor September 2018 mencapai 14,60 miliar dolar AS, turun 13,18 persen dari Agustus 2018 (MoM) yang mencapai 16,82 miliar dolar AS. Namun, masih meningkat 14,25 persen dibanding September tahun sebelumnya (YoY).
Dibanding September 2017, impor nonmigas naik 13,62 persen, sedangkan impor migas naik 17,76 persen.
Kenaikan impor migas yang cukup tinggi disebabkan karena kenaikan harga rata-rata minyak mentah dunia dari 71,1 dolar AS per barel pada Agustus 2018 menjadi 75,4 dolar AS per barel pada September 2018.
Mendag mengungkapkan, penurunan impor bulan September 2018 terjadi pada semua klasifikasi barang impor. Hal ini mengindikasikan penurunan konsumsi domestik.
Barang konsumsi impor yang menurun signifikan antara lain bahan bakar dan pelumas, makanan dan minuman olahan untuk rumah tangga, serta barang konsumsi tidak tahan lama.
Sedangkan untuk bahan baku/penolong, yang impornya turun adalah bahan bakar dan pelumas, bahan baku untuk industri, serta suku cadang dan perlengkapan barang modal.
Mendag juga menyampaikan, secara kumulatif total impor Januari¿September 2018 mencapai 138,77 miliar dolar AS, naik 23,33 persen dari Januari¿September 2017 (YoY) tercatat sebesar 112,52 miliar dolar AS. Peningkatan nilai impor tersebut didorong oleh kenaikan impor seluruh klasifikasi barang.
Barang modal mengalami kenaikan sebesar 27,9 persen, bahan baku penolong naik 22,1 persen, serta barang konsumsi naik 26,4 persen (YoY).
Neraca perdagangan September 2018 tercatat surplus di tengah meningkatnya harga minyak internasional, defisit neraca perdagangan migas September 2018 mencapai 1,07 miliar dolar AS, atau lebih rendah dibandingkan defisit bulan sebelumnya yang mencapai 1,61 miliar dolar AS.
Sementara itu, neraca perdagangan nonmigas bulan September 2018 tercatat surplus sebesar 1,29 miliar dolar AS, meningkat dua kali lipat dibandingkan bulan sebelumnya.