Istri sopir "Gocar" korban pembunuhan kecewa putusan hakim

id gocar,sopir gocar,vonis hakim,pengadilan negeri palembang

Istri sopir "Gocar" korban pembunuhan kecewa putusan hakim

Rohana, istri sopor gocar korban pembunuhan saat ditemui usai vonis di PN Palembang, Rabu (17/10). (ANTARA News Sumsel/Aziz Munajar/Erwin Matondang/18)

....mestinya mereka berdua dihukum mati, itu lebih setimpal, anak saya masih trauma sampai saat ini, pagi tadi anak saya masih bertanya dimana ayahnya, betapa sakitnya saya sebagai seorang ibu mendengar itu....
Palembang (ANTARA News Sumsel) - Rohana, Istri korban sopir Gocar Try Wiyanto yang dibunuh dan sempat hilang selama 43 hari,  mengaku anaknya masih trauma hingga sekarang.

Rohana mengaku tidak puas dengan vonis kurungan seumur hidup bagi kedua pelaku. 

Sebelumnya dua terdakwa pembunuh sopir Gocar Palembang Tyas Dryantama (19) dan Bayu Irmansyah (20) akhirnya divonis kurungan seumur hidup oleh hakim Pengadilan Negeri Palembang Kelas 1 A. 

"Menjatuhkan pidana dengan pidana penjara masing-masing terdakwa Tyas dan Bayu selama seumur hidup," kata Ketua Majelis Hotnar Simamarta saat putusan vonis, Rabu sore. 

Vonis tersebut lebih berat dari tuntutan jaksa yakni 18 dan 20 tahun berdasarkan pasal 365 KUHP, Atas putusan itu, majelis hakim mempersilahkan terdakwa untuk banding selama 7 hari paska putusan vonis. 

Sementara Rohana mengaku puas atas vonis hukuman hakim tersebut walaupun belum lega. 

"Saya  puas walaupun belum lega, mestinya mereka berdua dihukum mati, itu lebih setimpal, anak saya masih trauma sampai saat ini, pagi tadi anak saya masih bertanya dimana ayahnya, betapa sakitnya saya sebagai seorang ibu mendengar itu," kata Rohana kepada Antara News Sumsel usai putusan vonis di Pengadilan Negeri Palembang Kelas 1 A, Rabu. 

Menurutnya meski hakim mempertimbangkan sikap tersangka yang menyerahkan diri ke polisi, tetap saja tindakan kedua terdakwa tidak bisa ditolerir, karena penyerahan diri tersebut dilakukan usai ancaman tembak mati keluar. 

Ia menyebut kedua tersangka membiarkan jasad suaminya selama sebulan lebih hingga menjadi tulang-belulang, harusnya tersangka menyerah sebelum keluarnya ancaman tembak mati dan suaminya bisa lebih cepat ditemukan. 

Karena kehilangan sang ayah, anak rohana trauma terutama yang masih berusia 2 tahun Tsabit, ia kerap menanyakan keberadaan ayahnya. 

"Kalau ada mobil putih lewat, dia (Tsabit) akan teriak 'ayah',  disangka itu mobil ayahnya padahal bukan, tiap bertemu keadaan seperti itu timbul lagi kepiluan dalam hati saya," ujar Rohana. 

Rohana juga mengaku sering memimpikan mendiang suaminya tersebut, bahkan malam sebelum sidang putusan ia masih bermimpi ditemui suaminya. 

Saat ini Rohana berusaha menjalani hari-hari membesarkan ketiga anaknya yakni Siti (13), Khariyah (11) dan Tsabit (3), ketiganya masih sekolah dan sampai saat ini bantuan dari rekan-rekan almarhum suaminya sesama sopir daring terus mengalir. 

"Alhamdulillah, masih ada yang datang ke rumah untuk bantu-bantu," tutur Rohana.