Kenaikan suku bunga Indonesia berpotensi kredit macet

id keridit, kredit mace,ekonomi indonesia,berita sumsel,berita palembang,berita antara,bank indonesia,suku bunga acuan, bunga bank

Kenaikan suku bunga Indonesia berpotensi kredit macet

Dokumentasi- Sejumlah pengunjung Banking Expo mengunjungi sejumlah stan milik sejumlah perbankan di Palembang, masyarakat didorong untuk melakukan transaksi nontunai dengan menggunakan kartu kredit atau debit. (ANTARA News Sumsel/Nova Wahyudi)

Jakarta (ANTARA News Sumsel) - Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Assyifa Szami Ilman menyatakan dengan meningkatnya tingkat suku bunga acuan Bank Indonesia berpotensi untuk menaikkan kredit macet sehingga pemerintah perlu mengantisipasinya.

"Dengan bertambah tingginya suku bunga acuan, bank-bank komersial akan menyesuaikan bunga pinjaman dan tabungannya," kata Assyifa Szami Ilman di Jakarta, Selasa.

Menurut dia, tingginya bunga ini pada nantinya akan mendorong calon investor untuk berpikir dua kali sebelum melakukan pinjaman ke bank.

Di sisi lain, lanjutnya, apabila bunga tabungan bank komersial ikut naik, masyarakat akan lebih terdorong untuk menyimpan uangnya sehingga berperan dalam mengurangi tingkat konsumsi masyarakat dan pada akhirnya memperlambat pertumbuhan ekonomi.

"Jika tingkat konsumsi lemah, pengusaha yang sedang melakukan pinjaman atau debitur akan semakin sulit untuk membayar piutang mengingat menurunnya permintaan. Sehingga pada akhirnya, tidak dapat dipungkiri potensi terjadinya kredit macet dapat meningkat dan pada akhirnya berpotensi membahayakan sistem perbankan Indonesia," jelas Ilman.

Berdasarkan Statisitik Perbankan Indonesia yang dirilis oleh Otoritas Jasa Keuangan, angka "Non Performing Loan" atau NPL Indonesia pada periode Juni 2017 - Juni 2018 rata-rata berada di angka 2,85 persen.

Bahkan dalam Semester I 2018, angka NPL terus menurun dari 2,86 persen pada Januari 2018) menuju 2,67 persen pada Juni 2018. Capaian ini menunjukkan bahwa NPL masih cukup terkendali dan patut dipertahankan di tengah ketidakpastian perekonomian global.

Sebagaimana diwartakan, pengusaha yang tergabung dalam Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) telah memprediksi kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia menjadi 5,75 persen sehingga telah melakukan beberapa antisipasi terhadap dampak yang mungkin terjadi.

"Kenaikan suku bunga acuan The Federal Reserve, Bank Sentral Amerika Serikat kali ini memang sudah diprediksi dan begitupun BI Rate yang langsung dinaikkan menjadi 5,75 persen," kata Wakil Ketua Umum Apindo Shinta Widjaja Kamdani melalui pesan singkat di Jakarta, Sabtu (29/9).

Untuk itu, lanjut Shinta, beberapa pelaku usaha dalam mengenakan harga barangnya untuk stok baru sudah menetapkan harga dengan menghitung potensi kenaikan itu untuk beberapa bulan ke depan.

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan kenaikan suku bunga acuan yang dilakukan Bank Indonesia bertujuan untuk menjaga stabilitas perekonomian dari tekanan global.

"Kalau harus memilih antara 'stability' dengan 'growth', kalau 'stability'nya terancam, 'stability'nya dulu yang diurusi," kata Darmin di Jakarta, Jumat (28/9).

Darmin juga memahami alasan bank sentral untuk menyesuaikan suku bunga acuan karena saat ini merupakan era rezim suku bunga tinggi.