ACT: Korban meninggal gempa Sulteng capai 1.203 orang

id gempa,korban gempa,ACT,gempa palu,Tim Aksi Cepat Tanggap

ACT: Korban meninggal gempa Sulteng capai 1.203 orang

Warga mencari jenazah kerabatnya di antara jenazah korban gempa yang dikumpulkan di halaman RS Bhayangkara, Palu, Sulawesi Tengah, Minggu (30/9/2018). BNPB merilis jumlah korban yang meninggal dunia akibat gempa dan tsunami yang melanda Kota Palu tercatat 420 orang hingga Sabtu (29/9) malam. (ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja)

Jakarta (ANTARA News Sumsel) - Tim Aksi Cepat Tanggap (ACT) mendata jumlah korban meninggal dunia akibat gempa bumi dan tsunami di Donggala-Palu Sulawesi Tengah sebanyak 1.203 orang.

"Korban meninggal 1.203 yang tersebar di beberapa titik, jumlah korban terbesar terdapat di Kelurahan Petobo yang rata oleh terjangan tsunami," kata Vice President ACT Insan Nurrohman yang dihubungi di Jakarta, Senin.

Berikut rincian data korban yang didapat dari tim ACT di lapangan, yaitu di Kelurahan Petobo 700 orang, RS Wirabuana 10 orang, RS Undata 201 orang, Masjid Raya 50 orang, RS Bhayangkara 161 orang, Kecamatan Tawaeli 35 orang, Kelurahan Kayumalue Pajeko dua orang, Kelurahan Kawatuna lima orang, Pos Pol PP tujuh orang, RS Madani 32 orang.

Dia menjelaskan bahwa ACT juga berkoordinasi dengan pihak terkait untuk pendataan korban gempa dan tsunami.

Jumlah orang hilang sebanyak 46 orang, sementara 61 warga negara asing juga terdampak bencana tersebut.

Baca juga: Ada internet gratis di pusat kuliner lorong basah

ACT juga mencatat korban luka berat sebanyak 540 orang yang tersebar di beberapa titik, yaitu RS Woodward Palu sebanyak 28 orang, RS Budi Agung Palu 114 orang, RS Samaritan Palu 54 orang, RS Undata Mamboro Palu 160 orang, dan RS Wirabuana 184 orang.

Jumlah pengungsi di Kota Palu hingga Minggu (30/9) pukul 20.00 WIB diperkirakan sebanyak 16.732 jiwa yang tersebar di 123 titik pengungsian dengan wilayah terdampak Kota Palu, Kabupaten Donggala, Kabupaten Sigi, dan Kabupaten Parigi Moutong.

"Komunikasi lumpuh akibat listrik padam menyebabkan pendataan dan pelaporan dampak gempa dan tsunami di Kota Palu dan Donggala tidak dapat dilakukan dengan cepat," kata Insan.

Baca juga: Mau tiket terbang Rp1 dengan Garuda Indonesia? Ini caranya