Kenaikan dolar untungkan eksportir karet

id karet,ekspor karet,pertanian karet sumsel,Biro Perekonomian Pemprov Sumsel,Afrian Jon,mata uang dolar AS,berita sumsel,berita palembang

Kenaikan dolar untungkan eksportir karet

Getah karet. (ANTARA News Sumsel/Edo Purmana)

Palembang (ANTARA News Sumsel) - Kenaikan nilai tukar mata uang dolar AS terhadap rupiah ternyata menguntungkan kalangan eksportir karet di Sumatera Selatan.

Ketua Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo) Provinsi Sumatra Selatan Alex K Eddy di Palembang, Selasa, mengatakan, keuntungan eksportir ini diharapkan dapat berdampak dengan kenaikan harga karet di tingkat petani.

"Secara tak langsung penguatan dolar ini bisa mendongkrak harga jual karet dari petani. Oleh karena itulah petani bisa tertolong," kata dia.

Menurut Alex, dengan kondisi dolar saat ini mendatangkan sisi positif dan negatif. Sisi positifnya, pengusaha bisa membeli karet dari petani dengan harga yang tidak terlalu terpuruk.

"Sebagai perantara, kami memperkirakan harga beli karet di pabrik sekitar Rp18 ribu perkilogram/kering atau Rp9 ribuan perkilogram/karet basah," kata dia.

Alex menambahkan, Gapindo percaya kondisi saat ini (penguatan dolar) tidak akan berlangsung lama dan bisa segera pulih, sebab pemerintah pasti tidak akan tinggal diam.

"Tapi kalau soal harga karet di pasaran itu bukan kendali kita tapi mengikuti harga dunia," kata dia.

Ia menjelaskan sejak awal tahun 2018, harga karet belum menunjukkan perbaikan.

Hingga 5 September 2018 harga karet berada 1,31 USD/kilogram, angka ini jauh menurun jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yakni, sekitar 1,6 USD perkilogram.

"Hingga kuartal ini harga masih jelek, langkah perbaikan bisa dilakukan seperti hilirisasi tapi tak hanya soal membangun pabrik ban saja tapi mebel dari karet atau lantai dari karet. Apalagi Sumsel merupakan provinsi yang berkontribusi paling besar karet nasional," ujar dia.

Ia pun berharap, kurs rupiah bisa kembali stabil dan harga karet bisa segera membaik sehingga komoditi karet bisa menyumbang devisa negara lebih besar.

Kepala Biro Perekonomian Pemprov Sumsel Afrian Jon mengatakan pelemahan nilai tukar rupiah bisa berpotensi untuk menaikan sejumlah harga barang, khususnya barang-barang impor.

"Akan tetapi, efeknya tidak secara langsung terjadi, bisa saja baru akan terasa dalam waktu 1-2 bulan ke depan," kata dia.

Pemprov Sumsel selaku Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) mencoba mitigasi risiko dampak yang mungkin terjadi di pasar.Budi Suyanto