BMKG temukan 157 titik panas di Sumatera

id kebakaran lahan,kebakaran hutan,berita sumsel,berita palembang,berita antara,Sumatera Selatan. Diikuti Lampung, Bangka Belitung,bmkg,titik api

BMKG temukan 157 titik panas di Sumatera

Dokumentasi- Petugas gabungan melakukan pemadaman kebakaran lahan di Tulung Selapan, Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan. (ANTARA News Sumsel/Nova Wahyudi/dol/18)

Banda Aceh (ANTARA News Sumsel) - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) setempat menemukan, sebanyak 157 titik panas terdeteksi melalui sensor modis satelit yang mengindikasikan kebakaran hutan dan lahan di daratan Sumatera.

"Kalau di Aceh nihil titik panas, tapi sejumlah provinsi di Sumatera hari ini terdapat 157 titik," ucap Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Stasiun Meteorologi Blang Bintang, Zakaria Ahmad di Aceh Besar, Sabtu.

Hasil pantauan sensor modis, lanjut dia, ada 60 titik panas di antaranya sebagai titik api akibat memiliki tingkat kepercayaan lebih dari 81 persen untuk setiap titiknya.

Lalu 36 titik panas di antaranya patut diduga sebagai titik api akibat tingkat kepercayaan di atas 71 persen, dan 37 titik mengkhawatirkan karena tingkat kepercayaannya 61 persen.

"Untuk titik api, dan diduga titik api mayoritas di Sumatera Selatan. Diikuti Lampung, Bangka Belitung, dan Riau," terang dia.

Ia mengatakan, sedangkan sisanya 24 titik panas di antaranya lagi masuk dalam kategori aman karena tingkat kepercayaan 51 persen.

"Selain di empat provinsi, titik panas hari ini terdapat di Jambi, dan Sumatera Barat dalam jumlah yang sedikit," tutur Zakaria.

Pemerintah tahun ini mengawal ketat wilayah rawan kebaran hutan dan lahan, sehingga berhasil menurunkan jumlah titik api hingga 96,5 persen di seluruh Indonesia dalam periode 2015-2017.

"Berdasarkan data hasil pantauan satelit milik NOAA, jumlah titik api di 2015 mencapai 21.929, sedangkan di 2016 menurun menjadi 3.915. Pada 2017, jumlah titik api kembali menurun menjadi 2.257," kata Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Raffles B Panjaitan.

KLHK mencatat luas area hutan dan lahan yang terbakar di 2015 mencapai 2.611.411 hektare (ha). Angka ini menurun menjadi 438.360 ha di 2016, lalu turun lagi menjadi 165.464 ha di 2017.

"Sejak 2016, perusahaan tidak berani lagi melakukan pembukaan lahan dengan membakar, ini berpengaruh. Kalau pun ada yang terbakar itu hanya spot-spot kecil saja karena kelalaian," ujar Raffles.